Selasa, 15 Desember 2009

DETIK2 PERSELINGKUHAN

Aku adalah anak pertama dari lima bersaudara. Pendidikanku sarjana ekonomi dari sebuah universitas negeri di Bandung. Aku menikah saat usiaku masih 18 tahun, ketika aku masih duduk di semester 3. Suamiku adalah dosenku sendiri, yang ketika itu terpaut 12 tahun dengan aku. Badannya kekar dan tingginya sekitar 178 cm. Dia sangat cakep menurut versiku, sedangkan aku bertinggi badan 165 cm dengan berat 53 kg. Aku tergolong cewek yang cukuplah.

Aku nggak ngerti, kenapa dulu buru-buru menikah dengan Mas Roni, suamiku kini. Yang jelas masa pacaranku cuma setahun itupun pacaran yang bener-bener pacaran, artinya nggak pernah sama sekali melakukan hal-hal yang dianggap tabu. Kali aja waktu itu, Mas Roni takut dibilang punya skandal dengan mahasiswinya, makanya segera melamar aku. Kini aku dikaruniai 2 orang anak, masing-masing berumur 10 tahun dan 6 tahun. Aku tinggal di Bandung di Jalan P. sudah hampir 11 tahun. Usiaku kini30 tahun dan namaku Triecia.

Sebenarnya kalo bicara kebahagiaan, aku tidak akan mungkir. Dalam hal materi aku sudah cukup. Tapi ada satu hal yang hilang dalam dalam kehidupanku, yaitu kebahagiaan di ranjang, sama sekali belom pernah kurasakan selama aku menikah. Entah kenapa, aku punya kelainan untuk mencapai orgasme. Padahal suamiku termasuk type cowok yang bener-bener macco. Dia sanggup diranjang sampai 2 jam dalam kondisi “ON”. Aku biasa melakukan pemanasan sampai satu jam, tapi tetap juga enggak mampu mencapai apa yang dimaksud. Aku sering menangis, terkadang marah sama anak-anak atau hal-hal yang sulit dinalar. Kuakui akupun sering nonton VCD porno sendirian di kamar. Pernah suatu hari pas suamiku pergi sama anak-anak, aku nonton VCD porno. Aku membayangkan apa yang kutonton adalah diriku yang sedang bercumbu. Saat adegan berciuman
basah, seluruh bulu kudukku berdiri, jantungku berdegup agak keras.

Tanpa kusadari tangan kananku sudah menyusup disela-sela baju tidurku.
Kuremas-remas payudaraku dengan lembut seirama dengan permainan yang
ada di VCD tersebut. Semakin lama adegan di VCD itu semakin menjadi,
aku jadi semakin nggak karuan. Pandangan mataku sudah nggak lagi memperhatikan kiri kanan. Aku menggigil menahan birahi yang tak terbendung. Akhirnya pakaian tidurku kulepas, tinggal Bra dan celana dalamku yang masih melekat. Dengan sedikit merebah, bersandar pada tempat tidurku, aku kembali meremas dan memilin-milin payudaraku hingga memerah. Dengan suaraku yang nyaris mendesah, aku bergulung-gulung sendirian di kamar. Aku bener-bener sudah BT (Birahi Tinggi). Kumasukkan jari-jariku ke celana dalamku dan kuusap
rambut-rambut yang tumbuh diselangkanganku dengan gemasnya. Kulihat
sesaat putingku sudah menonjol sebesar biji jambu air. Saat itu yang kupikirkan hanyalah agar suami cepet pulang, sehingga bisa menuntaskan birahiku yang sudah diubun-ubun. Oh, God, betapa nikmatnya, batinku. Terdengar pekikan kecil di TV yang kutonton, saat penis seorang bule menghunjam vagina seorang bintang Hongkong.

Air liurku sudah beberapa kali kutelan, menandakan aku sudah diawang-awang. Jemariku kini sudah kumasukkan kedalam lubang senggamaku dengan perlahan-lahan, kadang kutarik ulur dengan agak menekan dinding disekitar clitorisku. Nafasku semakin memburu, aku sudah tidak tahan, hingga akhirnya kuambil botol handbody Marina yang ada didekatku. Kumasukkan ujung botol itu perlahan-lahan di vaginaku, hingga tinggal seperempatnya. Kutarik ulur
botol itu, sampai 30 menitanlah kira-kira. Aku kian mengerang, Kakiku
sengaja menekan tombol volume VCD yang ada disisi kakiku agar suaranya semakin kencang. Seirama dengan desahan suara yang ada di VCD itu, aku memekik keras menyebut nama suamiku berulang-ulang, Roni…. Roni.. ohhhh … Roni.!!! Aku terkulai dengan lemas di sisi tempat tidurku. Aku orgasme dengan botol hand body, bukan dengan penis suamiku…. Dengan pengalamanku itu, aku jadi ketagihan melakukan itu terus. Entah kenapa suamiku nggak bisa memberiku
kepuasan. Padahal diapun cukup, bahkan sangat hot diranjang. Aku hanya
bisa diam terkadang menghela nafas bila memikirkan itu.

Sampai suatu saat, aku kenalan sama seorang cewek, Hesti, namanya. Aku kenalan lewat suatu situs mailing list egroups. Akhirnya aku chating sama dia, ngomong kesana-kemari, sampai juntrungnya aku dikenalin sama seorang teman chatingnya yang katanya suka ngegombal, Yoyok, namanya. Seperti apa yang bisa anda tebak, aku kenalan sama Yoyok lewat chating yang disediain salah satu web gratisan. Hampir saben aku masuk kantor, aku tidak lupa selalu kasih salam sama Yoyok. Aku tidak mengira kalo Yoyok ternyata tinggalnya di Solo. Tempat yang begitu jauh dari aku yang ada di Bandung. Wah Putro Solo nich, pikirku. Kurang lebih 3 bulan aku selalu bertegur sapa sama Yoyok, hingga pada suatu waktu dia pamit akan ke Singapore, untuk keperluan pekerjaannya di suatu instansi BUMN
di Solo. Katanya dia akan berangkat dari Jakarta, karena harus ke kantor pusat dahulu. Waktu itu aku masih ingat, tanggalnya 17 April 2000, kalo enggak salah hari Senin. Saking nekadnya pengin ketemu dia, aku nekad berada di Bandara Soekarno-Hatta mulai semenjak pagi. Aku bilang sama suamiku kalo aku mau ke Jakarta karena suatu urusan penting.

Aku nginep ditempat teman kuliahku dulu. Mungkin para pembaca bertanya, bagaimana aku bisa mengenali Yoyok, ketemu aja belom. Aku juga semula berpikir begitu, tapi kalo pembaca memperhatikan, ada satu BUMN yang para karyawannya sering memakai atribut khas BUMN itu, kemana mereka pergi. Nah dari pikiran inilah aku nekad ke Bandara. Nggak sampai 2 jam aku menunggu, akhirnya aku temukan rombongan yang memakai ciri-ciri yang aku maksud. AKu bingung yang mana Yoyok, ya? Hingga akhirnya kubaca di topi yang mereka kenakan dengan tulisan YOYOK Legalah hati ini.

Dengan tanpa malu-malu kusapa dia….Aku tahu saat kenalan itu, dia agak kaget atas kenekatanku, tapi no matter, dia bisa menutupi kekagetannya itu dengan menyapa sangat akrap. Dalam hati aku proud atas insting kewanitaanku, ternyata sosok Yoyok adalah sosok yang handsome, badannya tegap, dengan dadanya yang menonjol bidang, badannya tampak sempurna dibalut dengan t-shirt putih yang ketat, tangannya sedikit kekar dan cengkeraman tangannya kenceng banget saat
menjabat tanganku. Aku sejenak dibuat terpana, hingga sound nyaring di
bandara SS membuyarkan keterpanaanku. Yoyok berlalu menuju arah
pemeriksaan dan berjanji akan bertemu lagi denganku sepulang dari
Singapore. Aku tersenyum manis melambaikan tanganku sambil mengenggam
kartu nama dia. Bye..honey…be carefulllll…!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar