Selasa, 15 Desember 2009

MALAM SPECIAL

Kami tinggal di Bogor, suatu daerah dataran tinggi yang ada di Jawa Barat. Letak rumah kami
sangat strategis. Di halaman belakang rumah, kami bisa memandang lereng pegunungan. Di bawah lereng tampak rumah-rumah kecil yang bila malam hari terlihat memancarkan cahaya
berkelap-kelip. Untuk menuju Jakarta juga tidak begitu sulit karena jarak rumah kami ke jalan tol hanya membutuhkan waktu beberapa puluh menit saja.

Bila malam tiba, udara cepat berubah dari panas menjadi dingin. Itu sebabnya pada rumah
kami dibangun tungku api. Kami memang menyenangi rumah model Eropa. Seringkali kami
melakukan hubungan seks di depan tungku api itu. Waktu favorit kami adalah menjelang pagi saat kami baru bangun tidur sebab di waktu itu nafsu seks kami bisa sangat menggebu-gebu.

Mula-mula suamiku menambahkan beberapa kayu bakar dan menyalakan lilin di sekitar kami,
sementara itu aku menyiapkan minuman ringan yang biasanya berupa sedikit anggur. Setelah itu
kami berbincang-bincang sejenak. Tak lama kemudian suamiku mulai mencumbu diriku. Dia
menyingkap dasterku, lalu menggosok-gosokkan telapak tangannya pada pahaku bagian dalam.
Sekitar tiga puluh detik kemudian aku merasakan kemaluanku lembab. Aku mulai terangsang.
Dijamahnya buah dadaku perlahan-lahan seakan takut pecah. Kemudian dengan perlahan pula
ia mengurutnya berputar. Nikmat sekali. Aku memejamkan mata dan tiba-tiba saja bibirnya telah melumat seluruh bibirku. Kubuka mulut ini lalu lidahku kudorongkan ke dalam rongga mulutnya. Ia memelukku erat sekali. Dadanya yang bidang menekan buah dadaku hingga aku terasa hampir tak bisa bernafas.
Aku bisa mendengar nafasnya mulai memburu. Dengan sangat bernafsu ia melucuti seluruh
pakaianku sampai aku telanjang bulat. Aku juga membalas hal ini dengan membuka piyamanya.
Suamiku tampak seksi bila hanya tinggal mengenakan celana (Malaysia = seluar) dalam. Jariku
kurogohkan ke dalam. Di situ aku menemukan benda besar yang sudah sangat keras. Kepala
penis (zakar) itu kuusap-usap dan tanganku kugerakkan maju mundur. Ia menggeliat bila aku
melakukan hal seperti ini. Mungkin nikmat baginya.

Cukup lama kami melakukan hal seperti ini hingga pada suatu saat ia merebahkan tubuhku.
Aku pasrah saja. Sekarang tubuhku menjadi barang mainan untuknya. Ia duduk di antara
selangkanganku yang terbuka lebar. Kemudian ia membungkukkan tubuhnya lalu menjilati daging kecil yang ada di kemaluanku. Oh, nikmat sekali saat lidahnya mempermainkan clitorisku. Aku memejamkan mata. Seringkali aku meraih bantal lalu menutup mukaku dengan bantal itu agar aku dapat lebih menikmati perlakuannya.

Sekitar lima menit kemudian jari-jarinya menggantikan tugas lidahnya. Aku juga merasakan
satu atau dua buah jari masuk ke dalam lubang kemaluanku. Jari itu bergerak-gerak menggosok
dinding vagina sementara jari yang lain mengusap-usap clitoris yang semakin membesar. Semakin lama usapan jari pada clitoris ini semakin membuatku mengerang. Kenikmatannya menjalar ke seluruh tubuh. Aku tidak bisa melukiskan bagaimana nikmatnya clitoris bila digosok. Aku mengerang karena tidak kuat menahan nikmat ini.Sekitar lima menit kemudian kenikmatan itu hampir mencapai puncaknya. Pinggulku kegoyang-goyang karena setiap sentuhan pada clitoris ini bagaikan tegangan listrik yang menjalar ke setiap ujung syarafku. Aku merintih sekeras-kerasnya.

Tapi untunglah mukaku sudah kututup dengan bantal hingga teriakanku teredam. Selang beberapa saat kemudian aku merasakan clitoris ini hendak “meledak”. Inilah puncak kenikmatanku. Aku secara reflek mencoba merapatkan kedua belah pahaku. Tapi karena di antara selangkanganku ada tubuhnya, maka aku tidak bisa melakukannya. Tubuhku mengejang. Darah terasa berdesir dengan kuat di seluruh tubuhku. Aku menjerit sekuat-kuatnya. Di saat aku menikmati orgasme ini tiba-tiba aku merasakan cairan sangat panas menerpa clitorisku. Rupanya suamiku meneteskan lilin ke atas clitoris dan mulut vaginaku. Kadang-kadang tetesan lilin itu juga ia tumpahkan ke atas puting buah dadaku. Sakit sekali. Aku menangis sejadi-jadinya. Rasa nikmat dan sakit melebur menjadi satu. Orgasmeku berlangsung sekitar satu atau bahkan sampai tiga menit. Saat orgasmeku mulai menurun, ia memeluk tubuhku, membelai rambutku, lalu menciumi seluruh mukaku sambil berkata, “I love you.”
Ia membiarkan moment terindah ini untukku. Sekitar lima menit ia biarkan aku menenangkan
tubuhku. Seluruh urat dan persendian terasa sangat lemah. Aku merasa damai sekali berada di
pelukannya. Mukaku ku benamkan di dadanya yang bidang.

Setelah keadaan mulai kembali seperti semula, kini giliranku untuk memberikan kenikmatan
untuknya. Aku beranjak bangun dan dia merebahkan tubuhnya hingga terlentang. Kemudian sama seperti tadi, aku berada di antara kedua pahanya. Pertama kali aku menjilati batang penisnya dari ujung sampai pangkal. Penis milik suamiku panjangnya kira-kira satu jengkal. Ujung ibu jari tepat menyentuh jari tengahku bila aku menggenggamnya. Bulu-bulu keriting hanya tumbuh di sekitar pangkal penis, antara penis dan pusar, dan sedikit pada bagian kantong testis.

Setelah menjilati permukaan penisnya yang licin, aku memasukkan seluruh testis beserta
kantongnya ke dalam mulutku. Hampir saja tidak muat bila aku tidak memaksanya. Bila telah
masuk seluruhnya, aku menguyahnya menggunakan lidah dan langit-langit mulut. Dia pasti
mendesah bila aku melakukan hal ini. Kadang-kadang satu atau dua bulu rambutnya rontok dan
menempel pada rongga mulutku. Aku tidak merasa jijik, malah senang melakukannya.
Setelah itu kukeluarkan kantong tertis itu dari mulutku. Kumasukkan kepala penis itu ke dalam
mulutku dan kutekan kepala ini hingga kepala penisnya menyentuh tenggorokkanku. Dengan
perlahan kugerakkan mulut ini maju mundur. Aku harus menjaga agar penisnya tidak terluka
karena tergores gigiku. Sekitar lima menit lamanya aku menghisap-hisap kemaluannya sampai dia memberi sebuah isyarat agar aku menghentikan oral seks ini.

Aku kemudian berdiri lalu duduk tepat di atas penisnya yang tegak berdiri. Kepegang penis itu
lalu kuarahkan kepalanya hingga menempel di ujung mulut vagina. Dengan satu dorongan, penis itu telah menusuk vaginaku. Perlahan-lahan aku menggerakkan tubuhku naik turun. Sedikit pedih karena vaginaku belum mengeluarkan banyak cairan. Tapi setelah aku mulai terangsang lagi dan vaginaku mengeluarkan cairan, rasa pedih itu berubah menjadi nikmat. Inilah posisi coitus yang paling aku senangi. Dengan tubuh di atas, aku bisa mengatur tempo permainan. Bila aku berada di bawah, aku sedikit menderita karena seringkali tubuhnya menindih badanku hingga aku tidak bisa bernafas.

Aku terus menggerakkan tubuhku naik turun. Nikmat sekali saat dinding vaginaku bergesekan
dengan penisnya. Makin lama aku menjadi makin bernafsu. Gerakanku semakin cepat.
Kadangkala aku bisa mendapatkan orgasme bila suamiku mampu bertahan lama. Tapi seringkali dia menyuruhku berbaring lalu dia yang berada di atas. Dengan sangat kasar dia menusuk-nusuk vaginaku. Gerakannya cepat sekali hingga dinding vaginaku terasa sangat pedih dan buah dadaku tergoncang-goncang. Aku menjerit kesakitan tapi tidak tega untuk menolak perlakuannya. Bagaimanapun juga dia telah memberikan kenikmatan padaku. Jadi biarlah dia memperoleh kenikmatan dengan caranya sendiri.
Aku lihat dia meringis. Aku tidak tahu apakah dia merasakan nikmat atau malah pedih seperti
yang aku rasakan. Bila aku tidak kuat, aku mengambil bantal lalu menutup mukaku dengan bantal itu. Bila sudah demikian, aku menjerit sekuat-kuatnya atau menggigit bantal. Untunglah gerakan yang kasar dan sangat cepat itu tidak berlangsung lama. Dia berkata bahwa ia akan segera “keluar” sambil menghitung satu sampai tiga. Pada hitungan ketiga dia menjerit tertahan. Aku merasakan cairan hangat menyemprot di dalam rongga kemaluanku. Aku memeluk tubuhnya erat-erat.

Nafasnya jelas sekali terdengar terengah-engah. Aku mengusap-usap punggung dan
kepalanya sambil memohon agar penis itu jangan dicabut. Aku biarkan dia terkulai lemas di atas
tubuhku. Kadangkala bila terlalu lama ia tertidur pulas. Aku menikmati moment ini walau sulit
bernafas. Bila telah puas, aku merebahkan tubuh suamiku ke samping. Penisnya yang mengecil itu segera tercabut dari vaginaku. Aku bangkit berdiri, menuju kamar mandi lalu aku mandi dengan air hangat. Spermanya kadang masih menetes keluar dari lubang vaginaku.
Setelah mandi, aku menyiapkan kopi karena matahari telah terbit. Aku duduk di sampingnya
menunggu ia terbangun dari tidurnya sambil mengenang kembali peristiwa yang terhebat yang
pernah aku alami malam ini.

KACUNGGKU

Pada suatu pagi, dihari libur, seperti biasa aku tinggal seorang diri bersama kacungku yang umurnya 1 tahun lebih muda dariku. sedang pembantuku dan tukang kebunku sedang ke Puncak, untuk merawat villa kami. Kacungku, No, anaknya agak gendut, tingginya kurang lebih sama dengan tinggi tubuhku sendiri, kulitnya kehitam-2xan krn sering terpanggang panas matahari. No anaknya agak pendiam, itu yg membuatku sering menggodanya.

Hari itu aku sedang terangsang berat, krn tidak ada pak Mat, tukang kebunku, yg biasanya memenuhi kebutuhan sex ku. Jadi kucurahkan perhatianku kpd si No, kacungku itu. Ternyata dia anaknya polos sekali, belum kenal apa itu sex dan entot-mengentot. Hari itu, aku merencanakan untuk menggoda nya lagi. Aku pura-2x akan mandi di kamar mandi belakang, kamar mandi tamu yg agak jauh dr kamarku. Aku hanya menggunakan handuk kulilitkan ke tubuhku seadanya, nampak jelas sekali
bongkahan buah dadaku yg ukurannya 32B itu, putih mulus tanpa cacat sedikitpun, rambutku yg sebahu lebih itu hanya mampu menutupi sebagian dari keindahan buah dadaku, putingnya yg kemerah-merahan itu mencuat dan mendongak keatas,
pantatku yg memang agak nungging itu bulat dan indah, pada saat lewat di depannya yang sedang membersihkan meja makan, persis didepan matanya, pura-2x handuk ku terlepas dan jatuh kelantai, kontan tubuhku yg tidak terbungkus apapun itu terlihat jelas olehnya, aku melihat reaksinya yang tersipu malu dan melengoskan pandangannya. Ku teruskan kekamar mandi sambil ketawa tertahan melihat tingkahnya.

Tidak lama di dalam kamar mandi, aku berseru memanggil si No untuk mengambilkan sabun, ‘No, tolong ambilin sabun yaaa…’ ‘iya non, sebentar…’ kudengar suaranya berlari-lari. Diketoknya pintu kamar mandi yg tidak kukunci dari dalam, kataku ‘masuk aja, No’.
Dibukanya sedikit pintu itu dan dijulurkannya tangannya sambil menggenggam sabun. Ku tarik tangannya kedalam kamar mandi sambil berkata ‘tolong kau sabuni aku juga, aku tak bisa menyabuni bagian belakangku’. Setelah didalam, No melihat tubuhku yg telanjang sekali lagi, tapi sekali ini dia tidak melengoskan pandangannya lagi, malah dia memperhatikan tubuhku yg mungil dan ranum itu dengan muka yg memerah.

‘Heh. koq malah ngeliat gitu sih’ ujarku sambil pura-pura menutupi buah dadaku yg udah lebih besar dari dulu, krn susuku sering diremas dan di rangsang oleh pak Mat, tukang kebunku. ’sini, buka bajumu agar nggak basah kena air’ kulucuti pakaiannya tanpa menunggu jawabannya.
Setelah kubuka celana dalamnya, kulihat kontolnya masih kecil, belum tegang sama sekali. Penasaran banget aku, masa ngeliat tubuhku gini, dia belum ngaceng sih, pikirku. Biar, nanti kuhisap dan kubuat kau ketagihan hisapan mulutku, pikirku mesum.
Ku pasang shower dan aku mulai mandi di depan mata kacungku sendiri yg juga telanjang bulat. ‘ayo, sabunin aku, jangan bengong aja gitu dong’ ujarku. Dia mulai mengusap punggungku dengan tangan gemetar, wah asik nih, dia bisa diajari juga, supaya aku tak tergantung ama si pak Mat aja, pikirku.

’sini, depannya juga. masa punggung aja’ bentakku. ‘baik nonhh….’ jawabnya dengan gugup. Dia mulai mengusap-usap dadaku, susuku yg 34B itu. aku tambah terangsang dengan usapan tangannya. Aku menikmati usapannya sambil merem melek. Tidak puas, aku juga mulai menyabuninya, kataku ‘ayo, kamu juga harus disabunin, biar bersih dan harum’ dia diam aja sambil bengong.
Tanganku berhenti di kontolnya dan mengocoknya lebih lama. Nah, mulai kelihatan kepalanya, pikirku. ‘aduh non, geli non’ katanya takut-2x. ‘Udah, diam aja. dikasih yg enak koq malah bawel sih. Nanti kalo udah ngerasain malah cari gue loe’ jawabku.

Setelah kusiram bersih tubuhku dan tubuhnya, aku jongkok didepannya sambil kugenggam kontolnya yg belum terlalu ngaceng itu, masih agak lembek. Sambil melihat wajahnya, kumasukkan kontolnya kedalam mulutku dan kekemot pelan-2x. Kulihat matanya melotot sambil memperhatikan kontolnya masuk kemulutku, dia menelan ludah.
Pelan-2x kujilati seluruh kontolnya, mulai dari pelirnya sampai keujung kepala kontolnya, dari situ kumasukkan seluruh kontolnya ke mulutku, nggak terlalu besar, meski sudah ngaceng berat. tapi cukup keras juga kontolnya. pikirku, lumayanlah kontol anak kecil, dari pada nggak ada.

Setelah beberapa lama menghisap kontolnya, dia mulai bergetar, wah, tandanya dia mau keluar nih, pikirku. Semakin kuperkuat hisapan ku, kontolnya kukeluar masukkan di mulutku. secara tanpa disadarinya, pantatnya maju mundur seperti orang ngentot, tapi dimulutku. ‘aduh non, aduh non… enak sekali noooonnhh…’ teriaknya, ‘croott…crooottt…crooooottth…’ banyak sekali air maninya keluar didalam mulutku, langsung kusedot habis dan kutelan dengan kenikmatan luar biasa, kulihat wajahnya merah padam pada saat air maninyakeluar, wajahnya mendongak keatas dan oleng kekiri kekanan. ‘enak nggak, No? kau suka kontolmu kuhisap kan?’ tanyaku nakal. ‘he eh, non. enak sekalih’ katanya masih sambil tergetar, aku maklum karena ini pasti pejuh pertamanya, orgasme pertama seperti aku dulu merasakan pada saat aku orgasme disetubuhi tukang kebunku, pak Mat.

Masih ngaceng keras nih, bisa dilanjutkan pikirku. Aku duduk dipinggiran bath tub sambil mengangkangkan kedua pahaku yang putih dan mulus sekali itu. kubimbing kontolnya dengan tanganku kearah memekku. setelah tepat sasaran, kusuruh dia mendorong pantatnya maju mundur. ‘blluuushhh….’ masuk seluruh kontolnya yg masih keras itu ke memekku. ‘hehhh….mmmhhh…enak sekali No. terusin No, entot aku, No. entot anak juraganmu ini Nooo…, aduh… enak sekaalii kontolmuuuhh…’ aku yg udah terangsang berat itu tak bisa berpikir apa-2x lagi kecuali KONTOL yg enak.

Aku tak berpikir lagi bahwa kuserahkan tubuhku yg mungil dan mulus ini kepada kacungku yg gendut, anak pribumi yg hitam ini.
Kubiarkan kontolnya masuk keluar di memekku yg sempit ini, sambil menikmatinya. Tangannya meremas susuku yg sudah keras krn nafsu, kulipat kakiku menjepit pantatnya agar dorongan nya semakin dalam masuk kememekku, tanganku memegangi tangannya agar remasannya kesusu ku tambah keras.
Kuhentak-hentakkan pantatnya agar goyangannya semakin hot. ‘Mmmmhhhh…mmmhhh….aaahhhh….aaahhh…ssshhhh…, terussshh Nooo…terusshh…. aku mau keluar nihhh…’teriakku. ‘aku juga mau keluar lagi noooonnn….’ sahutnya. ‘keluarin …didalamkuuu..No.oo… jangan cabut kontolmu yaaahh….eeemmmhhh, aaaaakkkhh… uaaakkkhhh…akuu.. keluuaarrrrrrrrrr…..’ aku mencapai orgasme, pertahananku ambrol, tubuhku berguncang kerass sekali, aku berteriak-2x seperti orang kesurupan, kepalaku mendongak keatas, kekiri, kekanan, tak terkontrol, enak sekali, nikmat sekaliiih. ‘crooottt…crrrooott…crooottth….hhhaaadduuuhh nonnnn, aku juga keluarrrr, aduuuhh banyak sekali pejuhku noooonn…mmmmeeeehhhh…hhhhhhhmmmmm….’si No juga berteriak sambil memuncratkan air maninyakedalam memekku, aku dapat merasakan semburan air maninya didalamku, pejuh seorang anak perjaka, baru umur 13thn. ‘Aku mau lagi nonnnhh, enak sekali memek enon, lagi yahh? aku masih pengen lagi nih, kontolku masih pengen lagi, pengen ngerasain memek non, abis enak bin nikmat siiihhh, lagi yaaahh?’ pintanya.

Aku tak pernah membayangkan aku disetubuhi oleh kacungku sendiri, mengingat ini membuat ku terangsang kembali. kontolnya juga masih keras bukan main, wah gila, gini caranya, gue bisa di entot sepanjag hari nih. Si No ini ternyata kuat juga mainnya, kontolnya dari tadi nggak pernah mengendur. Gila!!!
Akhirnya kuturuti juga keinginannya untuk ngentot gue.

Sampai aku kelelahan dia tetap goyang terus. Akhirnya aku pasrah aja, seakan akan aku diperkosa olehnya.

Aku hanya bisa mengangkang di lantai kamar mandi, pahaku dibuka lebar-2x, kedua kakiku dipegangi tangannya sambil kadang meremas-2x susuku yg gempal itu. Dia diatas ku sambil tetap menyodok-2xkan kontolnya yg tetap keras itu ke memekku. Rupanya aku telah membangunkan ular yg sedang tidur, sekarang aku diperkosanya habis-habisan.

‘udah No…, udah… aku udah capek nihhh….’ pintaku.Tapi aku tetap diperkosanya sampai teler.

Bosan posisi itu, dia minta ganti posisi lain, sampai rasanya aku tak kuat lagi melayani nafsunya yg seperti kerbau yg sedang nafsu itu.

Setiap kali dia keluar, orgasme, dia masukkan lagi kontolnya kememekku, kadang dimasukkannya kontolnya kemulutku, aku yg udah lemas itu dipaksanya membuka mulut, dan kontolnya dimasukkan ke mulutku dengan kasar, kadang dengan sengaja air maninya ditumpahkan ke wajahku, diatas susuku, diatas memekku, perutku, rambutku. Setiap kali dia keluar, air maninyabanyak sekali, jadi tubuhku, wajahku, dahiku, mulutku, bibirku, mataku, pipiku berlumuran dengan air maninya yg kental itu. banyak sekali dan sangatt kental.

Kurang lebih 11 – 12 kali si No menggenjot memekku, menyetubuhi tubuhku, memasukkan kontolnya ke mulutku, memperkosaku, sampai akhirnya dia terkulai lemas disamping tubuhku yang penuh dengan pejuhnya.
Aku yg lebih lemas lagi hanya bisa diam terbaring dilantai kamar mandi yg hampir penuh dng pejuhnya. mataku meram, mulutku masih terbuka sambil air maninyayg mengalir keluar dari mulutku.
Pahaku masih terbuka lebar, lubang memekku rasanya terbuka lebih lebar dari biasanya.

Sejak kejadian itu, si No selalu memintaku melayaninya setiap hari. Terkadang kalo hari Sabtu atau Minggu, dia malah menyetubuhiku lebih dari 3-4 kali sehari. Untungnya aku tak pernah hamil, meskipun kebanyakan bila tubuhku sedang ‘di pakai’ oleh para pembantuku, mereka hampir selalu mengeluarkan air maninya didalam.
bayangin betapa buasnya dia, pada saat aku sedang tidak ‘mood’, dia tetap memaksaku, dia bahkan pernah dan sering memperkosaku dikamarku sendiri. Tampaknya dia sudah lupa daratan, dia sudah lupa bahwa aku adalah anak majikannya.
Tapi apa boleh buat, aku juga menikmatinya sih.

Dia menikmati sekali tubuhku yg tambah bahenol ini. Diusiaku yg baru 14thn ini, aku termasuk kategori cewek yg tubuhnya paling montok disekolahku. Meskipun tinggiku hanya 147cm, dan tubuhku nggak kurus dan nggak gemuk, susuku termasuk yg membusung indah dng putingnya yg mencuat keatas adalah yg termontok diantara teman-2x sekolahku. Wajahku yg putih cantik ini seperti anak orang Jepang, dengan mata yg agak sedikit sipit, maklum aku kan keturunan chinese. Pinggulku udah membentuk sexy sekali, pantatku bulat indah, pinggangku kecil sekali. Jadi tubuhku bila memakai seragam sekolah tetap kelihatan sangat sexy, seperti cewek yg sudah matang. Mungkin karena aku sudah biasa sering ditiduri dan dientot oleh para pembantu rumah tangga ku.
Aku memperhatikan, bahkan guru olah ragaku di SMP juga ngaceng saat melihat tubuhku bila hanya memakai kaus olah raga dan celana pendek yg agak kelihatan buah pantatku. Terkadang aku malah sengaja tidak menggunakan BH, hanya dengan kaus singlet dan kaus olah raga saja. Pasti guru dan teman-2x cowok ku dapat melihat bongkahan susuku dan putingku yg mencuat tembus, yg bila aku keringetan, akan semakin jelas terlihat.

Aku sangat menikmati apabila ada cowok, siapa aja, tergiur melihat tubuhku yg masih muda ini. aku suka melihat cowok ngaceng karena membayangkan tubuhku ini, pasti mereka membayangkan yg tidak-2x, yg jorok-2x.
para pembaca….mau…nga…juga…???? tunggu aja ya….

NIKMATNYA ABG SMU

Kali ini adalah pengalaman sex saya dengan ABG yang masih SMU bernama Linda. Setelah saya mengirimkan cerita saya tersebut, saya mendapat email dari Linda yang katanya tertarik dengan pengalaman saya dan kebetulan dia sedang di Lombok dalam rangka liburan bersama keluarganya. Kami janjian lewat email bertemu pada bulan Oktober di sebuah rental internet di Mataram. Tentu saja pembaca, saya yang menentukan lokasinya di rental internet tersebut, karena hari itu saya masih harus membalas beberapa email yang ingin berkenalan denganku dan mencari tahu tentang pariwisata di Lombok.

Pada hari Kamis, saya sudah stand by di rental tersebut, berdebar-debar juga rasanya saya menunggu Linda, seperti apa rupanya ya.

“Selamat pagi, Om namanya Andi khan?”
“Ya, betul.. Ini Linda ya!” tanya saya kembali padanya.

Di hadapan saya sekarang adalah seorang ABG keturunan tionghoa yang cantik. Saya perkirakan umurnya baru 16 tahun, tinggi 160 cm, berat 47 kg dan berkulit putih mulus khas cina dengan rambut lurus sebahu, memakai baju hem ketat warna krem, celana jins hitam tiga perempat yang pas. Duduk di samping saya tampak mengintip CD-nya yang berwarna putih. Kontol saya langsung tegak bagaikan Monas melihat cewek cantik ini.

“Gimana khabarnya?” tanyaku membuka percakapan sambil mempersilakannya duduk.
“Baik Om, senang rasanya liburan ke Lombok”
“Oh ya? Udah kemana aja Linda?”
“Ke pantai Senggigi, terus Suranadi dan tempat gerabah itu”
“Terus Linda sekarang sama siapa?”
“Sama Papa, Mama dan sepupu, Linda tinggal di Senggigi Beach Hotel”
“Wah, asyik dong..”
“So pasti, tapi lebih asyik kalo diantar sama tour guide seperti Om”
“Itu sich gampang Lin, yang penting ada komisinya lho” canda saya.
“Tenang Om, dijamin nggak nyesel dech nganterin Linda”

Linda orangnya supel dengan senyumnya yang manis mirip artis mandarin dan aroma tubuhnya yang sangat wangi. ‘Adik’ saya sudah nggak bisa diam nich.

“Ceritanya Om Andi tuch asli khan?”
“Tentu saja asli lho, dari pengalaman pribadi”
“Enak dong”
“Enak apanya Lin?” pancing saya mulai memepetkan tempat duduk.

Ini baru kesempatan namanya. Asik khan pembaca, bisa berduaan sama abg yang tentu saja masih seger-segernya..

“Gituannya lho..” jawabnya tersipu malu.
“Emangnya Linda pernah gituan sama pacar?”
“Ya.. Hampir pernah”
“Hampir pernah gimana, nggak usah malu dech, ceritain dong”
“Siapa tahu Om bisa bantu” ujarku sambil tangan kiri saya merangkul pundaknya.

Wah, Linda tampaknya nggak marah nich saya pegang pundaknya, berarti ada lampu hijau dong.

“Janji ya Om, nggak bilang siapa-siapa”
“Janji dech” saya menunjukkan tanda victory padanya.
“Gini Om, Tony pacar saya itu kalo udah nafsu cepat keluarnya, padahal Linda belum apa-apa”
“Maksudnya..” tanyaku pura-pura blo’on padahal tahu maksudnya.
“Iya, pas kontolnya Tony nempel di anunya Linda, udah keluar duluan”
“Oh gitu, itu istilah kedokterannya ejakulasi dini”
“Terus ngatasinya gimana dong Om”
“Ya, Linda harus bisa foreplay dulu, maksudnya pemanasan gitu”
“Ya udah Om, tapi Tony maunya terburu-buru en lagian mainnya kasar sich”
“Linda mau Om bantuin?” tanya saya yang sudah tidak lagi melihat isi layar monitor sejak tadi.
“Maksud Om..?”
“Ya.. Gimana caranya foreplay”
“Hus.. Om ini ngaco, Linda khan pacarnya orang”
“Bukannya ngaco, Linda ya tetap pacarnya Tony, Om khan cuma memberikan petunjuk” jawab saya sungguh-sungguh membujuknya agar mau foreplay, habis potongan tubuhnya itu, alamak geboy abis, mungkin rajin fitnes ya atau aerobic.
“Tapi.. Ada orang lho di sini Om, Linda khan malu”
“Nggak ada orang di sini kok, sini Om pangku” rayuku sambil menarik pinggangnya untuk duduk di pangkuan saya menghadap monitor komputer.
“Om.. Jangan..” celetuknya ragu dan canggung.
“Udah.. Atasnya doang kok, gimana?” tanya saya sambil membuka dua kancing atas hemnya hingga kelihatan BH merahnya, tangan kanan saya langsung masuk meremas payudaranya.
“Ja.. Ngan.. Om.. Geli..”
“Gimana rasanya Lin..”
“En.. Ak.. Sst.. Mmh”

Linda kelihatannya sudah agak terangsang dengan permainan tangan saya, ditambah lagi ciuman saya yang mendarat secara tiba-tiba pada lehernya. Tangan kiri saya juga mulai aktif meremas payudaranya yang sebelah. Ciuman pada lehernya saya ubah jadi menjilat, jadi kedua tangan meremas dan kadang-kadang memelintir kedua putingnya itu yang makin lama makin mengeras.

“Mmh.. Mmh..” gumam Linda. Beberapa menit kemudian..
“Udah.. Om.. Sst.. Udah..” tahan Linda sambil melepaskan saya dan merapikan bajunya.
“Ada apa Lin, contoh foreplay belum abis lho” goda saya tersenyum.
“Mmh.. Iya sich Om, cuman nggak leluasa di sini”
“Maunya Linda dimana?”
“Tempat yang sepi orangnya gitu”

Saya lihat tempat rental internet itu sudah mulai ramai kedatangan pengunjung, mungkin Linda agak terganggu juga konsentrasinya.

“Gimana kalo di hotel aja Lin, di sana lebih tenang” usulku.
“Iya dech.. Tapi jangan di Senggigi ya Om”, jawabnya sambil tangannya mengandeng saya mesra.
“Oke, nanti OM cariin yang agak jauh dari Senggigi”

Dan kami pun check in di salah satu hotel yang agak jauh dari Senggigi, karena saya tahu Linda tidak mau ketahuan keluarganya, katanya dia bilang sama keluarganya mau ke rental internet selama 3 jam. Karena itu kami pergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya.

“Wah, di sini baru tenang nich” kata Linda sambil memperhatikan hotel yang lumayan tenang karena tempatnya agak jauh dari Senggigi dan kota.
“Nah, sekarang gimana? Mau nerusin caranya foreplay?”
“Mmh.. Gimana ya” Linda agak ragu kelihatannya.

Wah, anak ini harus dirangsang lagi supaya mau foreplay, soalnya si ‘buyung’ sudah tegak seperti pentungan pak satpam. Kemudian saya membuka kaos atas saya dan celana panjang jins hingga tinggal CD, sengaja saya membuka baju menghadap ke Linda.

“Wow.. Apaan tuch Om, kok kembung” kata Linda sambil menunjuk ke kontol saya.
“Linda mau lihat punya Om ya” Kutanggalkan semua celana dalam saya hingga saya bugil dan kelihatan kontol yang tegak itu.
“Wow.. Kontol Om bengkok dikit ya..” terheran-heran Linda melihat bentuk kontol saya.
“Ini baru asli lho Lin, tanpa pembesaran” ujarku sambil mendekatinya.

Tangan saya aktif membuka hem kremnya dan celana jins hitam tiga perempatnya. Sekarang tampak jelas BH merahnya dan CD putihnya yang cantik, pemandangan yang indah. Saya gendong Linda dan menaruhnya dengan lembut di sofa itu, kemudian saya mencium dan menjilat bibirnya serta tangan saya meremas payudara dan mencopot pengait BH-nya.

“Om.. isep.. sst.. susu.. nya.. Linda..” rengeknya meminta saya menghentikan ciuman dan beralih ke payudaranya, ciuman dan hisapan saya giatkan, kemudian puting itu saya gigit perlahan.
“Terr.. us.. Om.. sst.. sst..” rintihnya sambil memindahkan kepala saya pada payudaranya.

Tangan kiriku mengusap payudara sebelah kiri dan tangan kanan saya masuk dalam CD-nya dan mengusap-usap vaginanya yang ditumbuhi bulu halus, kemudian saya masukkan jari keluar-masuk dengan lancar.

“Ouh.. Mmh.. Enak.. Om.. Nah.. Gitu..” Saya turun lagi mencium perutnya yang putih bersih, turun lagi mencium CD-nya yang mulai basah.
“Buka.. Aja.. Om.. Cepet.. Sst” celotehnya yang sudah bernafsu sekali sambil membuka CD-nya. Sekarang terlihat jelas sekali vaginanya yang masih kencang dan saya jilat dengan pelan dan semakin ke dalam lidah saya menari-nari.
“Sst.. Terr.. Us.. Om.. Mmh..” rintihnya tak karuan sambil menjepit kepala saya.

Beberapa menit saya permainkan vaginanya dan paha bagian dalam Linda yang sudah sangat basah sekali.

“Om.. Mmhmm.. Ganti.. Om.. Sstss”
“Gantian gimana Lin..” goda saya sambil telentang.
“Gantian Linda isep kontolnya Om, tapi jangan keluar dulu ya”
“Beres, nanti Om pakai kondom kok”
“Mmh..” Linda tidak menjawab, soalnya sudah mulai menghisap kontol saya, pertama-tama cuma masuk setengah tapi lama-kelamaan masuklah semua kontol saya.
“Terr.. Us.. Lin.. Jilat..” perintah saya sambil memegang kepalanya dan mendorong pelan supaya kontol saya masuk semua ke mulutnya.

Beberapa menit kami melakukan oral sex, Linda ternyata menikmati permainan itu.

“U.. Dah.. Lin.. Om.. Nggak tahan.. Nich”
“Iya Om, Linda juga pengin ngerasain senggama gaya kuda ama kontolnya Om yang bengkok itu hi.. hi..” celotehnya tertawa sambil mengambil posisi menungging.
“Sabar ya Lin, Om pasang kondom dulu”

Kemudian setelah saya pasang kondom, saya masukkan ke vaginanya, tenyata meleset.

“Aduh.. Om.. Pelan.. Dong” rintihnya kesakitan. Memang vagina Linda masih sempit kelihatannya dan posisi tersebut agak susah sich.
“Lin tolong bantuin pegangin kontol Om”
“Sini Linda bantuin masukin tapi pelan ya”

Linda kemudian memegang kontol saya dan mengarahkan ke vaginanya dan saya dorong pelan, pelan tapi pasti dan bless.. masuk seluruhnya dengan dorongan saya yang terakhir agak keras.

“Aduh Om sakit”
“Nggak apa-apa kok Lin, udah masuk kok”
“Sst.. Om.. Gini rasanya ya.. Sst..”
“Gi.. Mana.. Lin..”
“E.. Nak.. Sst.. Agak cepetan Om.. Sst”
“Nahh.. Sst.. Gitu..”

Genjotan demi genjotan saya giatkan sambil tangan kiri memegang perutnya dan tangan kanan memegang payudaranya. Plok.. Plok.. Plok.. Demikian kira-kira bunyinya. Kira-kira beberapa menit saya ngentot dengan Linda dengan posisi doggy style. Dan semakin lama semakin cepat.

“Ce.. Pat.. Sst.. Sst.. Om.. Aah.. Linda mau keluar nich” rintihnya tertahan.
“Sa.. ma.. an.. Lin.. keluarnya.. sst.. yess..” jawab saya sambil mempercepat sodokan kontol saya.
“Sst.. Lin.. Da.. Sst.. Kel.. Uar.. Om.. Argh..” jerit Linda.

Tiba-tiba tubuh Linda mengejang dan saya pun juga, akhirnya crot.. crot.. crot.. Keluar cairan putih dalam kondom saya, bersamaan dengan muncratnya cairan di vagina Linda. Tubuh kami pun lemas menikmati sensasi yang luar biasa itu.

“Trim’s ya Lin, rasanya gimana?” tanya saya sambil mengecup pipinya.
“Enak sekali Om, baru kali ini Linda puas”
“Gimana ML ama Om Andi Lin?” tanya saya sambil mencium pipinya.
“Puas rasanya ke Lombok, dapat plusnya lagi” katanya sambil ke kamar mandi dan beberapa menit sehabis mandi kemudian Linda sudah merapikan bajunya.
“Sampe besok ya, sehari lagi Linda pulang lho”
“Okey, kapan ketemu lagi?”
“Terserah Om dech, tapi jangan terlalu malam ya, nanti Papa curiga lho”
“Gimana kalo jam 19.20 Om jemput?”
“Okey dech, seperti biasa ya” Maksudnya seperti biasa adalah, Linda kujemput pakai mobil sewaan di Senggigi, tapi agak jauhan. Karena jika ketahuan bapaknya khan bisa berabe.

Pukul 19.30 Linda sudah berada dalam mobil bersama saya, dengan memakai rok jins span warna biru dipadu dengan kaos ketat warna putih selaras dengan warna kulitnya. Aduh mak, makin cantik aja nich ABG, pikirku.

“Kita kemana Om?”
“Bandara Selaparang”
“Ngapain ke sana?” tanyanya heran.
“Udah nggak usah banyak tanya, nanti juga tahu”
“Linda ama Papa cuma dikasih ijin satu jam lho Om”
“Maka itu, Om mau kasih hadiah buat Linda”
“Wah, terima kasih Om” jawabnya sambil mencium pipi saya mesra. Saya pilih bandara itu agar bisa romantis dan bisa lebih pribadi, tahu khan pembaca maksud saya, he.. he.. he…

Setelah sampai di bandara, saya parkir mobil di tempat yang agak sepi, kebetulan juga kacanya hitam pekat. Saya ajak Linda pindah ke tempat duduk belakang mobil Kijang itu agar lebih leluasa kalau mepet-mepetan.

“Mana hadiahnya Om?” tanya Linda tidak sabaran, karena tidak tahu apa hadiahnya.
“Om cuma mau kasih hadiah seperti kemaren” selidik saya menunggu tanggapannya.
“Maksud Om?”
“Iya, seperti yang Om ajarkan kemarin, nah itu hadiahnya, tapi Linda mau nggak?”
“Idih, si Om maunya..” jawab Linda sambil tersipu.

Bagi saya itu sudah cukup merupakan tanda setuju dari Linda hingga tanpa menunggu jawaban dari Linda, saya langsung mencium bibirnya dan tangan saya sudah mendarat pada pahanya. Saya elus-elus pahanya yang putih dan masih terbalut oleh jins biru yang sangat seksi hingga memperlihatkan lekuk-lekuk bodinya. Linda juga kelihatannya ingin menghabiskan malam terakhirnya bersama saya dengan tergesa-gesa membuka celana saya sampai separuh dan melahap kontol saya yang sudah kencang dari tadi.

“Teru.. Ss.. Lin..” perintah saya sambil membuka kaos dan BH putihnya yang berenda itu.
“Mmh.. Mmbmnb..” celotehnya tidak jelas karena mulutnya penuh dengan kontol saya yang maju mundur dihisapnya dengan irama yang cepat.
“Ud.. Ahh.. Lin.. Om.. Mau.. Kel.. Uar.. Arghh..”

Tiba-tiba Linda melepaskan kulumannya, dan berganti posisi dengan saya yang berjongkok dan Linda yang duduk sambil membuka rok spannya. Pemandangan yang sangat indah pembaca, Linda memakai CD kuning yang bergambar hati atau cinta.

“Ayo Om, jangan diliatin aja”
“Ya..” jawab saya sambil mencium vaginanya yang masih terbungkus CD kuningnya, jilatan demi jilatan membuatnya geli hingga pinggulnya ke kiri ke kanan tak beraturan.
“Uda.. Hh.. Om.. Buka aja.. Sst.. mmh..” katanya menyuruh saya membuka celana dalamnya.

Dengan dibantu Linda, saya membuka celana dalam beserta sok spannya hingga ia tinggal mengenakan BH saja. Vaginanya yang ditumbuhi bulu halus itu mengeluarkan aroma harum khas wanita, beberapa saat saya cium dan jilat pada bagian dalam vaginanya.

“Sst.. Arggh.. En.. Akk.. Om.. Nah gitu.. Sst”
“Jil.. At.. Om.. Bagian yang itu.. Ya.. Sst..” pintanya pada saya yang membuatnya sangat terangsang.

Sambil menjilat seluruh bagian vaginanya, tangan kanan saya masuk ke dalam BH-nya dan meremas payudaranya dengan lembut dan kadang-kadang memelintir putingnya yang sudah keras sekali.

“Ayo.. Om.. Sst.. Linda.. Nggak.. tahan.. Nih..” rintihnya memohon pada saya.

Saya sudah mengerti maksudnya, Linda sudah sangat terangsang sekali ingin melepaskan hasratnya dengan segera. Kemudian saya berganti posisi dengan Linda saya pangku berhadapan dengan saya sambil membuka penutup payudaranya itu. Maka kami berdua sudah bugil di dalam mobil itu, untung saja keadaan bandara waktu itu belum terlalu ramai karena kedatangan pesawat masih lama.

“Pel.. Lan ya Om” kata Linda sambil menggesek-gesekkan bibir vaginanya sebagai pemanasan dulu.
“Gimana Lin..?”
“Udah Om, sekarang aja” ajak Linda sambil memegang kontolku mengarahkannya pada lubang kemaluannya sambil saya juga menyodoknya pelan, kemudian pada akhirnya bless.. masuklah semua kontol saya.
“Arg.. Sst.. Mmh..” rintih Linda karena masuknya kontol saya yang kemudian maju mundur dengan lembut.

Kontol saya serasa diremas-remas dalam lubang kemaluan Linda yang masih sangat kencang sekali, denyut-denyut yang menimbulkan rasa nikmat bagi saya dan tentunya juga L

CAMPING INTAN

nama saya Intan dan sekarang saya tengah berumur 22 tahun. Saya pernah punya pengalaman yang indah, dan tidak akan pernah terlupakan seumur hidup saya. Inilah pengalaman saya merasakan hubungan sex yang pertama kali dalam hidup saya.

Ketika itu saya masih berumur 16 tahun dan sedang duduk di bangku SMU swasta di kota Yogyakarta. Pada saat itu sekolah akan mengadakan camping bersama di daerah “P” yang merupakan hutan yang sangat lebat. Singkat cerita setelah segala sesuatunya beres, kami segara berangkat pada pukul 07.00 pagi.

Setibanya di sana kami segera mendirikan tenda dan tentu saja saya ikut kelompok putri. Pak Iwan yang merupakan pembina Pramuka di sekolahku keliling untuk mengecek ke tenda para siswa untuk memastikan lebih lanjut. Pukul 15.00 kami mengadakan upacara pembukaan yang dihadiri oleh kepala sekolah. Pembukaan itu berlangsung dengan meriah.

Pada hari kedua acaranya adalah pengembaraan. Kami segera bersiap-siap untuk mengikuti acara tersebut. Selain route yang kami tempuh cukup jauh, pengembaraan itu pun dilakukan pada malam hari dan berakhir di sebuah tanah pemakaman. Katanya sich untuk pengetesan mental, ah.. saya tidak tahu lah.

Regu kami pun berangkat dengan berbekal senter, makanan sebagai bekal, serta baju hangat karena hawa disana sangat dingin sekali. Kami telah tiba di sebuah tanah pemakaman yang sangat luas dibanding tanah pemakaman yang ada di kota Yogyakarta. Pemakaman itu sampai memenuhi beberapa bukit saking luasnya. Disana kami disuruh masuk satu-persatu. Rasa takut kamudian menguasai diri saya, karena selain saya perempuan, pekuburan itu sudah sangat tua.

Setelah berjalan beberapa puluh meter, tiba-tiba sebuah tangan yang sangat kekar menarik tubuh saya dan yang satunya mendekap mulut saya, sehingga saya tidak dapat berteriak sedikit pun. Saya tidak dapat melihat sosok yang mendekap saya karena malam sudah terlalu gelap kecuali sinar temaram bulan purnama. Waktu itu waktu sudah sekitar jam 2 pagi. Saya dibawa jauh sekali hingga sampai ke sungai.

Tangan kekar itu lalu mengikat tangan saya dan menutup mata saya dengan kain. Saya mencoba berteriak, namun derasnya sungai membuat suara saya hampir tidak terdengar. Saya merasakan baju saya dibuka perlahan. Saya hanya dapat menangis tidak mampu berbuat apa-apa. Kemudian tangan kekar itu mulai membuka rok, membuat hawa dingin langsung menyergap tubuh saya dan saya langsung menggigil. Kemudian saya merasakan bibir saya dicium dam dilumat. Dalam keadaan panik seperti itu saya hanya dapat terdiam menangis dalam hati mengutuk keadaan yang membuat saya seperti ini.

Namun saya mulai berhenti menangis dan mulai merasakan kenikmatan ketika payudara saya yang masih terbungkus BH diusap-usap dengan lembut, sementara bibir masih dilumat. Akhirnya libido saya mulai naik, saya mulai mengeluarkan desisan-desisan tertahan. Akhirnya ikatan tangan pun dilepaskan. Saya hanya dapat meraba tubuh yang kekar sedang menikmati tubuh saya.

“Shh.. oh..!” hanya itu yang dapat keluar dari mulut saya ketika tangan itu mengusap vagina yang masih tersembunyi di balik celana saya dalam dengan lembut.
Akhirnya penutup mata dibuka setelah saya mulai ‘jinak’. Namun alangkah kagetnya saya ketika saya ketahui kalau orang itu adalah Pak Iwan, pembina Pramuka di sekolah kami.

“Pak..?” kata saya ketakutan.
“Tenang Sayang.. Bapak akan membawamu ke puncak keindahan yang belum pernah kau rasakan..!” kata Pak Iwan mulai melepas kaitan BH.
Karena nafsu sudah merasuki tubuh ini, saya tidak menolak bahkan mulai melepas celana Pak Iwan. Bagai tahanan yang sudah lama terpenjara, anunya Pak Iwan tiba-tiba melonjak seakan hendak menghirup angin segar.

Pak Iwan mulai mengelus payudara saya dengan mencubit puntingnya, kontan gairah saya langsung memuncak. Namun Pak Iwan begitu pandai memainkan perasaan seorang wanita. Dia mulai menjilati payudara saya hingga saya kelojotan.
“Sshh.. Pak.. oh..!” hanya itu yang dapat keluar dari mulut ini, sementara tubuh saya mulai belingsatan.
Saya hanya mencengkram semak belukar karena tidak kuat menahan rasa geli dan nikmat yang tiada tara.

Pak Iwan kemudian menarik celana dalam saya hingga saya sudah bugil total. Perlahan diusapnya vagina saya yang mulai ditumbuhi bulu itu dengan lembut sekali.
“Ooughh.., Pak.. nikmat Pak. Terusin Pak..!” kata saya yang ditanggapi Pak Iwan dengan tersenyum menatap saya.
Gairah yang telah meledak ini membuat saya kehilangan akal sehat. Saya pun merasakan kenikmatan yang tiada tara ketika ada cairan kental mendesak keluar dari rahim saya. Mungkin itulah yang kata orang disebut orgasme. Ah.., saya tidak perduli, intinya saya langsung lemas bagai tidak bertulang.

Saya masih lemas ketika Pak Iwan menyodorkan kemaluannya ke arah mulut saya. Dengan penuh nafsu saya mulai menjilati kemaluannya yang kira-kira panjangnya 21 cm dan berdiameter 5 cm itu. Otomatis gairah saya langsung naik, apalagi ketika Pak Iwan menjilati vagina saya. Kami sempat melakukan posisi 69.

“Ohh.., kau hebat In.. tan.., ouh..!” desahnya.
“Bapak Ju.. ju.. ga he.. bat..! Uhh..!” balas saya.
“Bapak mau keluar Intan. Jangan dilepas ya..?” pintanya sambil tetap melakukan kegiatannya pada kemaluan saya.
“Hh.., iya Pak.., Intan juga mau.. kel.. aahh..! Crot.. crot..!” saya kembali mengalami orgasme untuk yang kedua kalinya bersamaan dengan Pak Iwan.
Saat itu mulut saya serasa dipenuhi sperma Pak Iwan yang terasa manis. Langsung saya telan saja semua sprema itu tanpa tersisa.

Pak Iwan berbaring di samping tubuh saya sambil meremas kedua payudara saya. Kami berdua sama-sama lemas. Tapi belaian Pak Iwan kembali membangkitkan gairah saya. Tangan saya perlahan mulai mengocok penis Pak Iwan yang mulai tegak. Kini kami sudah sama-sama bergairah kembali. Pak Iwan membantu merenggangkan paha saya yang sudah pasrah menerima agresi kenikmatan Pak Iwan.

“Tahan ya Sayang..! Mungkin ini agak sakit..,” kata Pak Iwan menghibur saya.
“Udah Pak.., masukin saja..! Intan sudah nggak tahan nich..!” pinta saya tidak sabaran.
Perlahan Pak Iwan mulai menyerang saya. Rasa sakit dan perih saya caba tahan dengan sedemikian rupa, tapi, “Aawww.., Pak..! Sa.. kit..!”
Pak Iwan kemudian menghentikan serangannya untuk memberikan kesempatan kepada saya untuk menarik napas sebentar.
Tiba-tiba, “Bleess..! Aauwww..!” pekik saya.
Seluruh kemaluan Pak Iwan telah menembus keperawanan saya, rasanya nyeri sekali.

Perlahan-lahan Pak Iwan mulai mengayunkan kemaluannya dengan teratur.
“Pak.., sakit..!” kata saya sambil menggigit jari.
Namun Pak Iwan seakan tidak mendengarkan perkataan saya, dia terus saja menggenjot kemaluan saya yang kesakitan. Namun setelah agak lama, saya tidak lagi merasa sakit karena telah berganti dengan rasa nikmat.
“Ohh.., Pak. Nikmat Pak..! Terus Pak..! Ohh..!” hanya itu yang dapat saya ucapkan karena kenikmatan telah menguasai diri saya malam itu.

Tiba-tiba saya merasakan dorongan yang mendesak dari dalam rahim saya ini. Rupanya saya akan orgasme lagi.
“Pak.., Intan mau keluar nih..!” kata saya memelas.
Tapi Pak Iwan tidak menggubris saya, dia terus menggenjot pantatnya hingga saya mengalami orgasme yang ketiga kalinya. Kaki saya melingkar di pinggang Pak Iwan memaksanya menghentikan kegiatannya.

Hingga ketika saya mulai melemaskan kaki ini, Pak Iwan kembali melaksanakan kegiatannya. Rupanya dia belum Orgasme. Dia terus menggenjot tubuh saya hingga saya belingsatan bagai cacing kepanasan.
“Oh.., terus Pak..! Nikmat sekali..!” ceracau saya yang membuat Pak Iwan tambah bergairah.
“Intan.. Bapak mau keluar nich..! Dikeluarin di dalam.., atau di luar saja..?”
“Oh.., di dalam saja Pak.., Intan juga mau keluar nih..!”

Pak Iwan semakin mempercepat genjotannya, sedang saya menggoyang-goyangkan pantat ini di atas batu sugai dengan gerakan memutar.
Hingga akhirnya, “Pak.., Intan mau keluar..!”
“Bapak juga Sayang..!” kata Pak Iwan sambil mempercepat ayunan pantatnya.
Tangannya meremas payudara saya dengan keras mem
buat saya tambah belingsatan.

“Crot.., crot..!” kami orgasme lagi dalam waktu yang bersamaan.
Terasa hangat sperma Pak Iwan di dalam vagina saya. Kemudian tanpa mengeluarkan kemaluannya, Pak Iwan terbaring lemas menindih tubuh saya yang bersimbah keringat. Udara pagi yang dingin telah kalah oleh gairah tubuh yang membara. Pak Iwan mencium bibir saya lagi.

“Hosh.. hosh.. kamu hebat Sayang. Hosh-hosh..!” kata Pak Iwan memeluk tubuh yang mungil ini.
“Bapak juga hebat.” kata saya membalas ciuman Pak Iwan.
Pada saat itu saya baru menyadari kalau saya sudah tidak perawan lagi. Tapi toh saya tidak menyesal bercumbu dengan Pak Iwan. Dia memang laki-laki yang perkasa.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi. Saya mandi bersama Pak Iwan di sungai yang dingin. Pak Iwan masih sempat membuat saya orgasme sekali sebelum kami pulang ke bumi perkemahan.

Sejak saat itu setiap ada kesempatan, saya dan Pak Iwan pasti melakukannya lagi. Saya benar-benar ketagihan. Itulah pengalaman saya yang tidak akan pernah saya lupakan. Hingga saat ini pun saya dengan pacar saya sering melakukan hubungan badan.

Tamat

KARENA INTERNET

Pertama aku ingin memperkenalkan diri dahulu, aku adalah seorang wanita berusia 27 tahun, namaku…katakan lisa, tempat tinggalku di semarang, dan sudah setahun menikah, tetapi entah kenapa belum mempunyai anak, walaupun hubungan sex kami (dengan suami) lakukan dengan rutin dan lancar, kehidupan sex kami biasa biasa saja, bahkan cenderung membosankan, karena menurutku kurang bervariasi, tapi aku tidak pernah berselingkuh dengan orang lain selama ini, karena suamiku sangat menyayangi aku bahkan cenderung memanjakanku.

Tapi kesetiaanku ini berakhir sampai tanggal 19 Juni 1999 (hari Sabtu). Hal ini dimulai dengan perkenalanku dengan dunia internet sejak sebulan yang lalu. Secara rinci aku tidak menjelaskan bagaimana aku belajar internet, tetapi sampai suatu waktu aku berkenalan dengan seorang cowok dalam acara chatting di web idola.

Ketika ini aku sedang belajar tentang bagaimana untuk ber chatting di internet, temanku mengajari aku untuk masuk ke web idola, lalu masuk ke forum chattingnya. Ketika aku sudah masuk ke forum, ada yang mengirimi aku private message, ternyata seorang cowok yang berusia 30 tahun, berkeluarga, juga belum mempunyai anak, namanya…katakan andy, berasal dari jakarta, bekerja di sebuah perusahaan asing yang sedang mengerjakan sebuah proyek maintenance jalan KA (jakarta-surabaya), tetapi perusahaan itu mempunyai kantor cabang di cirebon dan semarang, hingga andy sering melakukan tugas meninjau kantor cabangnya, termasuk di semarang. Setelah kami berkenalan lewat chatting, lalu dia juga kadang kadang menelepon (dari jakarta)…mungkin pakai telepon kantor, tetapi kami belum pernah bertemu muka, sampai pada tgl 16 juni 1999 andy menelepon aku, dan mengatakan bahwa dia sedang berada di semarang untuk urusan kerja dan menawari aku untuk berkenalan dan bertemu muka. Pertama kali aku ditawari begitu, aku agak bingung, karena hal seperti ini adalah sangat baru bagiku, sudah mengenal seseorang, tapi belum pernah bertemu, dan sekarang akan bertemu orang tsb. Tapi akhirnya aku menyetujui dan akhirnya kita membuat janji untuk bertemu pada hari sabtu pagi (karena kantor andy libur, hingga andy mempunyai waktu untuk bertemu). Kita menetapkan tempat bertemunya di lobby hotel graha santika (tempat andy menginap) jam 9 pagi.

Pada hari dan jam yang sudah kita tentukan, aku datang kesana sendirian, karena suamiku masih bekerja di perusahaannya (perusahaan tempat suamiku bekerja tidak libur pada hari sabtu), tetapi sampai disana aku tidak menjumpai andy, akhirnya aku bertanya ke bagian reception, dan menanyakan apakah ada tamu bernama andy dari jakarta, setelah di check, ternyata ada, dan aku diberi tahu no kamarnya. Akhirnya aku telepon ke kamarnya, dan andy mengangkat telepon, aku menanyakan apakah dia lupa dengan janji bertemunya, andy menjawab bahwa dia tidak lupa, tetapi karena semalam dia harus bekerja menemani tamu sampai larut malam, akhirnya dia terlambat bangun, bahkan sekarang belum mandi. Aku dapat memakluminya, tetapi aku bingung apakah aku harus menunggu di lobby sampai dia selesai mandi, dsb, atau harus bagaimana, akhirnya andy menawarkan bila aku tidak keberatan, aku dapat naik ke kamarnya dan menunggu di ruang tamu di kamarnya (ternyata kamarnya mempunyai ruang tamu sendiri, semacam suite room atau apa aku tidak menanyakan), aku agak bingung juga, tapi akhirnya aku menyetujui untuk naik ke kamarnya.

Sesampai didepan kamarnya, aku pencet bel, lalu tidak lama kemudian andy membuka pintu. Ternyata andy mempunyai wajah yang ganteng sekali, dan tubuhnya juga sangat macho, setelah kita ber basa basi diruang tamu kamarnya, andy bilang permisi untuk mandi sebentar dan mempersilahkan aku untuk main komputernya (dia membawa komputer kecil…notebook..?), dia bahkan membantu aku untuk meng connect kan ke internet, lalu andy meninggalkanku untuk mandi. Setelah aku sendirian, aku mencoba untuk masuk ke web untuk chatting, tetapi entah kenapa kok tidak bisa masuk web tsb, setengah teriak aku menanyakan ke andy, dan andy menjawab mungkin web tsb lagi down, dan andy menyarankan untuk mencoba saja web yang lain, caranya lihat di historynya (aku tidak mengerti artinya..), tetapi karena aku tidak punya kerjaan, aku mencoba bagaimana caranya untuk membuka historynya (itupun dengan cara saling teriak dengan andy), sampai akhirnya aku dengan tidak sengaja membuka web, ini yang pertama aku membuka cerita seru, ternyata isinya adalah cerita cerita sex dengan bahasa indonesia, lalu aku mencatat alamat webnya, dengan pertimbangan mungkin aku akan buka lagi di rumah. Lalu aku mulai membaca cerita cerita yang ditampilkan, terus terang aku mulai terangsang karena membaca cerita sex tsb, aku merasa celana dalamku mulai lembab karena vaginaku mulai basah. Sampai akhirnya andy selesai mandi, dan keluar menemuiku. Pertama dia kaget melihat aku sedang membaca web cerita seru, akupun sangat malu melihat dia memergoki aku sedang membaca cerita seru, dan segera aku men disconnect komputernya ke internet dan menutup layar web cerita seru tsb, tetapi karena andy sudah terlanjur melihat aku membaca cerita seru, setelah beberapa waktu dia diam, akhirnya dia tertawa dan menanyakanku apakah aku pernah masuk ke web tsb, aku dengan malu malu menjawab belum. Andy bertanya lagi, bagaimana ceritanya..?, aku bingung menjawabnya..sampai andy tertawa lagi..kali ini sampai terpingkal pingkal…akhirnya aku juga ikut tertawa.

Setelah suasananya agak mencair, kami mulai ngobrol lagi, tentu dengan topik internet, ternyata andy sangat menguasai internet, hingga aku dijelaskan banyak mengenai dunia internet, baru aku tahu bahwa internet tidak hanya digunakan untuk chatting dan kirim e mail saja, ternyata sangat banyak manfaatnya. Bahkan andy menjelaskan bahwa di internet kita dapat membuka web…dewasa, misalnya cerita seru, dan web yang menampilkan gambar gambar….sex, aku agak penasaran dengan penjelasannya yang terakhir, dan rupanya andy mengetahui keingin tahuan ku, lalu dia menawarkan untuk mencoba penjelasannya dengan membuka web web dewasa tsb, rupanya komputer andy mempunyai satu bagian..(favourite..?), yang isinya adalah alamat web web dewasa, hingga kita tidak perlu tiap kali menuliskan melalui keyboard, setelah andy membuka web porno tsb, aku sangat kaget, karena isinya adalah gambar sepasang cowok-cewek sedang berhubungan sex, terus terang aku baru pertama kali melihat gambar gambar semacam itu, hingga aku sangat malu dan tidak tahu harus bagaimana…, tapi sejujurnya aku mulai terangsang dengan melihat gambar tsb, tetapi kemudian andy mengganti web tsb dengan web lain yang isinya juga tentang orang berhubungan sex, tetapi yang ditampilkan adalah film (movie), ini juga pertama kali aku melihat film orang bermain sex, ternyata film film semacam itu juga sama dengan blue film (kata andy)..sejujurnya aku belum pernah melihat blue film, melihat cewek mencium bahkan mengulum penis sampai mengeluarkan sperma.., dan cowok menciumi vagina cewek….

Aku mulai merasa panas dingin melihat nya, mungkin aku mulai terangsang berat, dan entah bagaimana dan kapan mulainya ternyata andy sudah memelukku dan mulai meraba payudaraku, pertama aku ingin berontak, karena aku merasa ini tidak boleh, tetapi entah bagaimana aku tidak bisa melakukan apa apa, aku diam saja bahkan menikmati perlakuannya, sampai tangan andy mulai menjelajah turun ke vagina ku, aku merasa celana dalamku sangat basah, andy lalu mulai membuka pakaianku, entah bagaimana aku diam saja, hingga aku sekarang hanya memakai celana dalam dan BH, lalu aku ditarik masuk ke kamarnya dan aku ditidurkan di tempat tidurnya yang besar, disini andy mulai menciumi bibirku, terasa sangat hangat, tangan andy tidak berhenti memainkan payudara dan vaginaku, hingga aku merasa sangat terangsang sekali, lalu andy mulai membuka BH dan celana dalamku, dan mulai menciumi puting payudaraku, aku sudah pasrah dengan perlakuannya, dan sudah setengah sadar dengan apa yang dia lakukan, karena aku sudah sangat terangsang sekali, sampai ketika dia mulai menciumi vaginaku, aku merasakan hal yang sangat enak sekali (suamiku belum pernah menciumi vaginaku), aku merasa ada sesuatu yang akan meledak dari dalam vaginaku, sampai ketika aku membuka mata, ternyata andy sedang membuka pakaian nya sampai dia telanjang bulat, ternyata andy mempunyai penis yang besar sekali, mungkin sekitar 18 – 20 cm, dengan bulu yang lebat, lalu andy mendekatkan penis di mulutku, sambil dia melanjutkan menciumi vaginaku. Aku mengerti dengan keinginannya, karena aku baru melihat di web porno tadi, ada yang saling menciumi penis dan vagina dengan posisi cewek diatas mengulum penis, dan cowok dibawah menciumi vagina. Walaupun aku belum pernah melakukan hal tsb, tetapi karena aku sangat terangsang dan juga setengah sadar, aku masuk kan penis andy kedalam mulutku, terasa sangat susah karena penis andy besar sekali, tetapi aku berusaha meniru cara mengulum penis (seperti di web), dan ternyata andy mulai terangsang dengan kulumanku, aku merasakan penisnya mulai mengeras. Sampai suatu saat andy melepaskan penisnya dan membalikkan posisinya hingga penisnya tepat berada didepan vaginaku dan andy mulai menekan penisnya kedalam vaginaku, aku merasakan hal yang sangat enak sekali, yang belum pernah aku rasakan dengan suamiku, ketika andy mulai mengocok penisnya (mungkin karena penisnya sangat besar), setelah beberapa waktu andy mengajak untuk berganti posisi (aku belum pernah berhubungan sex dengan berganti posisi, biasanya dengan suamiku aku hanya berhubungan secara biasa saja), andy menyuruh aku tengkurap setengah merangkak, dan dia lalu memasukkan penisnya dari belakang, ternyata posisi ini sangat merangsang aku, hingga dari vaginaku terasa ada yang meledak..(inikah orgasme..?), setelah sekian waktu andy belum juga mengeluarkan sperma, andy lalu mencabut penisnya lagi dan menyuruhku untuk duduk dan dia memasukkan penisnya dari bawah, posisi ini kurang enak buat aku, karena terasa sakit diperut, ada yang terasa menyodok perutku, untung posisi ini tidak berlangsung lama, karena andy akan mengeluarkan sperma, andy lalu mencabut penisnya dan mengocok penisnya sendiri didepan mukaku, sampai ketika dia memuncratkan spermanya, aku tidak sempat mengelak, hingga spermanya muncrat mengenai mukaku, bahkan ada yang masuk ke mulutku, terasa asin, aku bingung sekali ketika andy memintaku untuk menyedot penisnya, aku agak jijik, tetapi aku pikir sudah kepalang basah, dan aku ingin merasakan bagaimana rasanya menyedot penis yang sedang mengeluarkan sperma, lalu aku akhirnya menyedot penisnya, terasa ada sesuatu yang kental masuk kedalam mulutku, rasanya asin, dan ternyata aku menyedotnya terlalu keras, hingga andy mendesis desis…entah keenakan atau kesakitan.., sampai akhirnya penisnya mengecil…

Setelah aku membuang spermanya dari mulutku ke tissue, aku terlentang sambil beristirahat, ternyata andy langsung mulai menciumi vaginaku lagi, sampai aku merasa orgasme lagi…ternyata rasanya enak sekali bila vagina diciumi, setelah selesai kami berdua masuk kamar mandi untuk membersihkan sperma dimukaku dan mencuci vaginaku, andy juga mencuci penisnya. Ini adalah pertama kali aku berselingkuh dalam perkawinanku, aku merasa berdosa terhadap suamiku, tetapi bagaimanapun telah terjadi, dan aku tidak ingin suamiku mengetahui rahasiaku. Mungkin andy membaca cerita ini, tetaplah pada janjimu bahwa perbuatan ini adalah yang satu satunya buat kita, para pembaca yang ingin mengirimkan tanggapan atau berkenalan,

MIMI PACAR KU

Sebut saja namaku Dodo, usiaku saat ini 32 tahun, kulit kuning bersih badan agak kurusan sedikit. Ini adalah pengalamanku pribadi semasa aku di Solo (saat ini di Surabaya).

Saat aku kuliah dulu di Solo aku punya pacar anak Palembang sebut aja namanya Esmeralda tapi aku lebih suka memanggilnya Mimi, dia sekolah di SMA di Yogya. Anaknya lugu dan baik hati. Tapi dibalik keluguan itu nafsu sexnya besar sekali dan benar-benar hot! Hampir tiap minggu aku ke Yogya dan main ke kost Mimi. Kost dia punya aturan yang cukup ketat sebagai kost putri di Yogya, tamu untuk siang hari dibatasi jam 08.00 s/d 13.00 dan lanjut sampai 17.00 s/d 22.00

Di hari minggu saat aku ke Yogya waktu sudah menunjukan pukul 12.00 berarti aku cuma ada waktu 1 jam di kostnya, walau ketat aturannya tapi teman yang bermain boleh masuk ke kamar dengan catatan pintu tidak boleh ditutup rapat rapat. Waktu satu jam itu aku manfaatkan dengan baik untuk mencumbunya, aku gerayangi sekujur tubuhnya dari ujung rambut sampai kakinya, kami saling bergumul bak berkelahi saja. Kebetulan tempat tidurnya tepat di belakang pintu kamar.

Tak terasa waktu sudah menunjukan jam 1 siang, terpaksa kami hentikan permainan yang tanggung itu. Dan dengan berat hati kami berbenah ruangan yang sudah seperti kapal pecah!

“Mas Dodo ke kostnya Agus ya?” tanya dia sambil membetulkan kancing bajunya.
“Iya, mau ikut tah?” tanyaku.
“Malas.. Panas!” Kami saling pandang seolah tidak terima dengan perpisahaan yang sesaat itu.
“Gimana kalau kita tidur disini saja” bisiknya.
“Terus?”
“Ya, kita kunci aja kamar dari dalam, biar Ibu kost gak tahu! anggap aja Mimi lagi tidur kan beres?”
“Ha.. Gila lu!” kataku pendek.
“Mas Dodo kan juga capek baru dari Solo, ntar di Kost Mas Agus gak bisa istirahat, paling juga bengong!”
Aku terdiam sejenak, “benar juga..” pikirku.
“Benar nih gak taku ama Ibu kost?”
“Siapa takut..”
“Okelah, tapi ntar aku tak ke kamar mandi sebentar”

Sepulang dari kamar mandi kulihat dia udah ganti pakaian tidur dengan lengan terlihat mulus, kuning kecoklat coklatan.

“Mimi tutup pintunya ya Mas..”
“Hemmm..”

Kubaringkan badanku di kasur yang empuk, dan dia di sampingku sambil memelukku seolah tak mau kehilangan aku.

“Aduh..” tiba tiba aja dia bergumam.
“Ada apa?”
“Kurang ajar nih semut gigit paha Mimi” ujarnya sambil menyingkap daster bawahnya.
“Wah bener kurang ajar tuh semut gua aja belum pernah gigit paha Mimi kok dia udah duluan..”
“Emang mau gigit, tapi abis gigit mesti mati ya.. Hi.. Hi..”
“Tu kan Mas, jadi merah.. Emang kurang ajar semut itu!”
“Sini Mas Dodo cium biar sembuh..” jawabku layaknya orang pacaran yang sok pahlawan.
“Gombal..”

Sambil iseng aku lihat pahanya yang digit semut itu dan, “Wow.. Mulus juga nih paha” batinku. Aku usap paha itu dengan lembut beberapa kali, dan tiba tiba saja aku cium paha itu.

“Iihh geli Mas..” Suara itu membuat ku birahi!
“Geli apa enak?” bisikku, tanganku mulai menggerayangi buah dadanya.

Dia diam saja, tanganku mulai kuselipkan dibalik bajunya dan menggerayangi pentilnya yang sudah mulai mengeras. Sementara tangan kiriku mulai menyelinap dibalik celana dalamnya dan kugesek gesek kan pada tempik-nya. Kusingkapkan dasternya keatas sehingga terlihat jelas gundukan tempiknya di balik celana putihnya. Dia diam saja. Sedikit demi sedikit mulai aku tarik celana dalamnya ke bawah.

“Ayo terus kalau berani..” tiba tiba aja dia berkata, aku sempat kaget dengan celetukannya itu.

Dalam sekejap saja sudah aku telanjangi dia, mulus! Tanpa banyak acara lagi aku juga ikut telanjang, aku gesek gesekkan kontolku ke tempik-nya. Nikmat rasanya, tapi aku tak berpikir yang lain cukup gesek-gesek saja.

Sambil bercanda dia bilang, “Ayo kalau berani dimasukkan Mas”.
“Gila kamu..”
“Hi.. Hi.. Takut ya..”
“Emang kenapa takut?”
“Coba aja..”

Aku tahu dia cuma bercanda karena selama ini kita pacaran memang sangat berhati hati. Tapi dia terus mengejekku.. Akhirnya tergoda juga aku. Aku masukkan helm kontolku ke tempiknya yang jelas sudah basah kuyup, tapi aku masih ragu. Tapi terasa sangat hangat dan luar biasa.. Aku masukan sedikit lagi dan hampir separuh kontolku sudah masuk.

“Mas jangan.. Ingat ya.. Jangan..” katanya
“Kenapa.. Kamu takut ya..”
“Jangan Mas, keluarkan” pintanya pelan.

Aku terus menggesek gesekannya, nikmat rasanya! Tiba tiba saja dia menggeserkan pantatnya ke samping dan mendorong pahaku. Kontolku terlepas, kami saling berpandangan sejenak.

“Mulai nakal ya?”
“Habis ditantang sih..”

Dia mencium lembut bibirku, aku balas dengan lembut dan kami saling berpelukkan erat, aku ciumi leher dan telinganya, dia mulai menggeliat aku terus menyerangnya perlahan lahan aku cumbu buah dadanya dan terus aku merayap ke bawah sampai tempik-nya. Bau anyir yang merangsang keluar dari tempik nya, aku jilati tempiknya, dia menggeliat nikmat, matanya terpejam. Aku semakin rakus melahapnya dan aku masukkan lidahku ke dalam tempiknya. Dia menggeliat.

“Ukhh.. Enak Mas”, Aku tambah semangat.
“Terus Mas.. Enak..”

Aku lepas mulutku dan aku ganti dengan kontolku. Nafsu besar dan nikmat yang aku rasakan membuat ku tak sabar memasukkan kontolku.

“Aduh.. Pelan pelan Mas”
“Ya..”

Separuh kontolku sudah masuk, tapi susah sekali masuk lebih dalam. Aku tarik sedikit masuk lagi, mudur masuk.. Mundur.. Masuk tak terasa hampir masuk semua kontolku ke tempik nya. Aku remas buah dadanya sambil aku ciumi lehernya, dia terlihat merem melek merasakan nikmatnya kontolku. Tiba tiba saja ada yang menarik kontolku dari dalam tempiknya dan nikmat sekali..

“Akh.. Enak sekali sayang..”
“Tekan Mas.. Tekan lagi.. Pelan pelan..”

Aku merasakan kontolku keras dan terasa membesar didalam tempik Mimi, aku sodokkan kontolku dengan pelan tapi pasti, dan semakin terasa ada yang menarik narik kontolku di dalam tempik.

“Akhh.. Sakit Mas.. Enak Mas.. Terus.. Terus..”

Erangan itu membuat aku semakin mengencangkan pelukanku terhadap dia, aku peluk dia erat-erat dan dia juga memelukku erat sekali sambil menahan sakit tapi enak..

“Uuuhhh..” desis dari mulutnya sambil mengejang sekujur tubuhnya.
“Ehmmhh..” badanku juga terasa mengejang nikmat sekali sperma ku kelar dengan deras memasuki tempiknya.

Terasa hangat kontolku, nikmat dan tak terucapkan dengan kata kata hanya erangan nikmat dari mulut kami berdua. Tiba tiba aku merasakan cairan hangat merampat di pahaku, aku terkejut bukan main. Aku tarik kontolku dari tempik Mimi. Mataku terbelalak melihat cairan itu. Darah!

“Mi..”
“Mas.. Apa yang kita lakukan?” Pandangannya juga nampak kaget.
“Maaf Mi..” kataku.

Tiba tiba saja Mimi memelukku erat erat.

“Mimi sayang Mas Dodo”
“Mas Dodo juga sayang Mimi”

Aku rebahkan dia di kasur yang empuk, kami saling berpandangan.

“Mimi gak menyesal kok Mas, Mimi senang”, Ah, lega rasanya mendengar kata kata itu.

Tok.. Tok.. Tiba tiba saja pintu di ketok! Kami kaget bukan main, bingung mau apa.

“Mi.. Buka.. Tidur ya..”

Kami tak bergerak cuma saling pandang, pelan pelan kami mengambil baju masing masing.

“Itu Teteh”
“Diam aja Mas, pura-pura tidur gak dengar!”
“Mi, Teteh pinjem hairdryer”

Badan ini rasanya panas dingin, kami tidak berani memakai baju karena takut berisik.

“Klek..”

Tiba-tiba saja pintu terbuka, ternyata Teteh punya juga kunci kamar kost Mimi yang memang berdampingan. Rasanya dunia mau runtuh saat itu.

“Mi.. Mas..”

Teteh seolah tak percaya apa yang dilihatnya. Cepat cepat Teteh masuk dan mengunci kamar Mimi, dan Teteh siap mengadili kami berdua yang masih telanjang.

“Apa apaan ini?” Sambil melirik tempat tidur yang berantakan dan ada noda darah keperawanan Mimi.
“Teh.. Maaf kan saya Teh” ucapku pelan.
“Saya yang bersalah Teh, bukan Mimi”
“Kenapa Mas Dodo lakukan? Teteh udah percaya
sekali ama Mas Dodo!” sambil meneteskan buliran air mata kekecewaan.
“Maaf Teh..”

Tiba tiba saja Teteh memelukku yang masih telanjang! dan kontolku menyentuh tubuhnya yang lebih kecil dari Mimi. Pelukkan erat Teteh membuat kontolku berdiri lagi, dan aku bingung.

“Celaka nih, tegang lagi”

Mimi pun ikut memeluk kami yang masih berpelukkan, buah dada Mimi membuat aku tambah merangsang. Aku beranikan mencium bawah telinga Teteh yang masih terisak di pelukkanku. Harum juga karena Teteh memang baru selesai mandi. AKu tambah terangsang dan aku ciumi leher Teteh, sedikit aku merasakan gerakan Teteh yang ternyata dia juga terangsang dengan ciumanku ditambah posisi telanjangku dan kontolku yang menempel di sekitar pusar Teteh.

Aku coba kencangkan pelukanku terhadap Teteh, sementara aku ganti mencium Mimi yang juga memeluk Teteh, Mimi menyabut ciumanku dengan lahapnya sementara Teteh yang ada dalam pelukan kami berdua pada posisi ditengah karena memang Mimi memeluk Teteh dari belakang dan saya dari depan. Tak ayal Teteh cuma menggeliat diantara kami, tanganku turun kebawah ke arah pantat Mimi yang tepat dibelakang Teteh. Aku tarik pantat Mimi ke depan sehingga mendorong tubuh Teteh lebih merapat ketubuhku dan menjepit kontolku. Aku goyangkan pantat Mimi perlahan lahan dengan harapan badan Teteh juga ikut bergoyang, dan harapanku itu terpenuhi.

Badan Teteh bergoyang menggesek gesek kontolku, tangannya bertambah erat memelukku. Tiba tiba saja Mulut Teteh mulai menyerang leherku, rupanya dia juga gak tahan melihat aku dan Mimi semangat berciuman. Tanganku mulai berani meraba buah dada Teteh dan Teteh tidak menolak bahkan seolah olah menikmatinya. Mata Mimi memandangku dengan sorot tajam seolah melarang aku meraba kakaknya itu tapi aku pura-pura tidak melihat. Perlahan tanganku aku turunkan dan meraba tempik Mimi dengan tangan kanan, dan tangan kiriku mulai merayap dibalik celana dalam Teteh. Aku lihat Mimi menikmati tanganku yang sudah meremas tempik nya, dia terlihat memejamkan matanya.

“Kesempatan” batinku.

tempik Teteh pun tak lepas dari tangan kiriku dan Teteh juga menikmatinya. Teteh sedikit melorotkan badannya dan mencium pentil susuku yang kecil dan dia terus bergerak ke bawah sambil meremas kontolku. Dan sesaat Teteh sudah sibuk dengan mulutnya menikmati kontolku.

Teteh mendorong badanku hingga aku terjatuh di spring bed, Mimi pun mendahului Tetehnya memegang kontolku seolah dia tak rela kontolku di jamah Tetehnya. Mimi langsung memasukkan kontolku kedalam tempiknya yang sudah basah dan sedikit noda darah masih ada, sementara Teteh harus puas melahap mulutku. Mimi begitu semangat mengenjot kontolku dengan gerakan naik turun sambil mengerang kenikmatan.

“Ukhh” Mimi mengeluh sambil badanya mengejang, rupanya dia sudah keluar lagi.

Teteh yang melihat Mimi sudah orgasme memanfaatkan kesempatan itu untuk mengambil posisi mengarahkan mulutnya ke kontolku dan tempiknya diarahkan ke mulutku. Posisiku dan posisi Teteh saling berlawanan, kaki Teteh menjepit kepalaku sehingga aku dengan jelas melihat tempik Teteh yang dipenuhi rambut tipis disekelilingnya. Sementara Mimi ada disamping kami berdua sambil meremas remas sendiri buah dadanya. Aku jilati tempik Teteh yang masih wangi karena habis mandi, aku masukan lidahku menyentuh dalam tempiknya dan Teteh menikmatinya.

“Enak Mas.. Terus..”

Hampir saja aku tidak bisa bernafas karena Teteh menekankan tempiknya ke wajahku, aku dorong sedikit pantatnya supaya aku bisa bernafas. Aku balikkan badan Teteh, sehingga saat ini posisiku diatas Teteh. Aku tidak mau berlama lama melakukan oral sama Teteh, langsung saja aku masukkan kontolku ke tempik Teteh yang ternyata juga cukup kecil buat kontolku. Teteh agak kesakitan tapi tidak protes.

“Ahh..”

Akhirnya kontolku bisa masuk hampir semuanya, dan Teteh merasa kesakitan dan menggeser sedikit pantatnya kesamping tapi tetap aku buru ke samping sambil sedikit menggoyangnya. Kedua kaki Teteh diangkat menjepit pantatku seolah-olah dia ingin memasukkan kontolku lebih dalam lagi, aku berusaha memasukkan pelan pelan dan agaknya lebih lancar karena tempik Teteh sudah basah kuyup. Kaki Teteh menjepitku tambah kencang dan aku juga coba peluk Teteh lebih kencang.

“Aahhh..” Teteh melenguh dan nafasnya tersengal-sengal, ternyata dia mengalami puncak kenikmatan, aku rasakan badannya mengejang dan jepitan kakinya membuatku tak bisa bernafas tapi aku biarkan dia menikmati kenikmatan itu.

Sedikit demi sedikit jepitan kaki dan pelukan Teteh mulai lepas, giliranku sekarang untuk menikmati kenikmatan bersama Teteh. Aku balikkan badan Teteh dan aku masukkan kontolku dari belakang dengan gaya anjing aku coblos tempik Teteh.

“Huuhh” nikmat sekali ternyata dengan gaya ini, aku menikmati sekali gaya ini.

Kontolku keluar masuk ke tempik Teteh seolah tak ingin berhenti apalagi diiring desahan Teteh yang pelan tapi sangat membuatku bernafsu. Hampir lima menit kontolku keluar masuk ke tempik Teteh dan akhirnya..

“Aaahhh.. Nikmat Teh..” badanku kejang.. Nikmat..!

Aku peluk Teteh dari belakang sambil menikmati orgasmeku. Kontolku terasa membesar saat itu dan aku coba masukkan lebih dalam kontolku ke tempik Teteh. Tiba tiba saja terdengar suara seperti air tumpah. Crek.. Aku kaget tapi bersamaan suara itu kenikmatan yang jauh lebih nikmat dari sebelumnya! Aku kaget sekali saat aku rasakan ada air hangat mengalir di antara kontolku.

“Jangan jangan..”

Cepat cepat aku keluarkan kontolku dari tempik Teteh, hah.. Benar dugaanku. Darah! Ternyata Teteh juga masih perawan! berarti dalam 3 jam aku dapat dua perawan! Kakak Adik lagi!

“Hebat!” dalam batinku. Ternyata aku laki laki paling beruntung dapat perawan 2 sekaligus!

Tak kusadari aku lihat Mimi disampingku meneteskan air Mata dan memejamkan matanya yang sudah sembab! Aku baru sadar ternyata adeganku dengan Teteh dilihat tanpa sensor oleh Mimi! Pacarku! Dan adegan itu aku lakukan dengan kakaknya! Teteh! Saat itu aku gak tahu harus berbuat apa! Aku hanya memeluk Mimi dan Teteh keluar dari kamar meninggalkan kami tanpa sepatah katapun.

*****

Hari hari berikutnya aku selalu membagi spermaku untuk mereka berdua untuk Mimi dan Teteh, tapi saat itu aku selalu beranggapan Mimi pacarku dan Teteh adalah selingkuhanku! Semua ini aku jalani dari tahun 2000 sampai 2007. Karena sejak tahun 2007 kami putus!

Saat ini Mimi dan Teteh sudah menikah, demikian juga dengan aku. Mimi dapat suami orang Magelang dan Teteh dapat tetangganya di Palembang. Walaupun begitu Aku masih sering melakukan sex by phone dengan Mimi paling tidak seminggu sekali dan sex di hotel sebulan sekali. Kami masih bisa menikmatinya.

Tamat

MASA SMA

“Kemana anak itu pergi?”
“Wah, ngga tahu yah, Vin. Ke kantin kali.”
“Dasar tuh anak.”
“Kenapa sih?”
“Uang kantin dia korup semua.”
“Hah? Berapa?”

O.. o.. dalam situasi seperti ini aku sebaiknya tidak memunculkan kepalaku. Untuk menghindari berbagai pertanyaan tentang uang yang pada kenyataannya sudah lenyap dari sakuku. Jadi kuteruskan saja berjongkok di bawah jendela luar kelas, berusaha untuk sedikit menikmati pemandangan sepeda-sepeda motor yang berjejer di depanku.
“Ra..”
“Ssshh..!” kugerakkan telunjukku ke depan mulut.
Hari berjongkok, memandangku dengan penuh tanya.
“Nih, rokoknya.”
“Berapa pak?” tanyaku sambil berbisik.
“Empat Surya, satu Marlboro.”
“Sip..” ujarku sambil mengambil bungkusan plastik itu dari tangan Hari.
Mengintip isinya sejenak, berusaha memastikan benda-benda yang terdapat di dalamnya.
“Ray, Marlboronya buat siapa?”
“Ssshh! Ada deh.”
“Raayy!”
Yaiks. Sebuah kepala muncul dari balik jendela. “Lari!”. Kudorong tubuh Hari dan segera mengambil langkah seribu.

“Wah, kebetulan sekali.”
“Hehehe..” kutarik bibirku tersenyum, memandang wajah Yono yang berseri-seri melihat empat bungkus Surya di dalam kantung plastik di tangannya.
“Jadi?” tanyaku kemudian.
“Beres. Jangan khawatir. Semua beres.”
“Bagus.”
“Ada apa, Ray?”
Kupandangi wajah gadis itu yang bertanya-tanya. “Ehm,” kuambil sikap serius, “Aku ingin ngomong sama kamu.”
“Masalah apa? Masalah bimbel kemarin?”
“Bukan.”
“Bukan, bukan itu.”
“Lalu?” matanya tampak bingung. Aku menyukai gerakan matanya.
“Jangan-jangan..”
“Hey, tenang. Aku tidak akan memperkosamu. Setidaknya detik ini.”
Susan tertawa mendengar selorohanku. Maklumlah, soalnya sekolah sudah mulai terlihat sepi. Bahkan Yono yang biasanya sibuk mengunci pintu-pintu kelas sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya. Tentu saja.

“San,” desahku perlahan.
“Hmm?”
“Ehm lagi. Semoga berhasil. Good luck, Ray. Seperti yang mereka ucapkan kepadaku sebelum mereka..”
“Aku mau mencium bibir kamu.”
Sembunyi di balik jendela.
“Ha?” mata gadis itu mendelik menatapku.
Tenang, tenang. jangan memperlihatkan kegugupan.
“Maksud kamu, Ray?”
Lihat matanya. Lihat matanya. Tidak ada waktu mundur.
“Iya. Aku ingin mencium bibir kamu.”
“Ngawur kamu. Udah ah, aku mau pulang.”
Stop!
“San, aku mohon jangan pergi dulu. Setidaknya dengar alasanku.”

Gadis itu menggigit bibir bawahnya sejenak dan terlihat menimbang-nimbang. Jadi, tanpa menunggu lebih lama kuletakkan telapak tanganku di atas lengannya, membuatnya sedikit terkesiap, terlihat dari pandangan matanya yang memandang ke sekeliling, seolah khawatir ada yang melihat. Dan tentu saja, ia tidak akan menemukan seorangpun.
“Ray.”
Yap, serang sekarang.
“Aku sebenarnya sudah lama menyukai kamu.”
“Ha?” Kutatap matanya dalam-dalam.
“Iya. Sejak pertama kali kamu pindah dari Bandung.”
“Bohong. Gombal kamu.”
Dan gadis itu tidak menunjukkan gerakan hendak beranjak. Berarti aku telah berhasil melambungkannya walau sedikit. Untungnya ia tidak berkata ‘kamu gila’ atau ‘aku mau pulang’, soalnya kata-kata seperti itu berarti penolakan.

“Aku serius.” Gadis itu mengalihkan pandangannya dari tatapan mataku. Satu lagi bukti bahwa aku telah berhasil meraba sedikit sisi perasaannya.
“Bagaimana dengan Enni? Lalu Uca, May, dan..”
Ini dia. Sebuah keragu-raguan atas penerimaan dalam hatinya. Kuletakkan tanganku di bibirnya, tidak terlalu menekan, hanya menyentuh.
Jangan bicarakan yang sudah lalu. Aku juga perlu makan. Apalagi dengan menu baru yang segar.
“Bagaimana dengan kamu?”
“Aku?” matanya kembali membentur mataku. Susan menundukkan kepalanya.
“Aku kan hanya teman kamu, bukan seseorang yang terlalu penting dalam kehidupan kamu.”
Yah, jangan terlalu serius. Nanti jadi kaku. Fleksibel saja.
Kuangkat lenganku, menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
“Yah, kupikir kita saling mencintai.”
“Yee,” gadis itu meruncingkan bibirnya yang manis, “Siapa yang mencintai kamu?”
Nih dia.

“Bukannya kamu. Setelah kamu menerimaku menjadi pacarku.”
“Ha?” gadis itu mengangkat kepalanya, menatap senyuman penuh arti yang tersungging di bibirku.
“Nembak nih ceritanya?”
“Jadi kamu nggak mau? Ya sudah.”
Aku bangkit berdiri dari bangku dan bersiap hendak pergi. Gadis itu masih terdiam di tempatnya.
Ayo, katakan sesuatu, Cantik.
Ternyata tidak. Susan hanya terdiam, lalu bangkit berdiri. Shit.
“Oh, ya,” kubalikkan tubuhku, “Kalau kamu berubah pikiran dan menerimaku, katakan saja. Kamu tahu dimana menghubungiku.”
Gadis itu berhenti sejenak, dan menjatuhkan tubuhnya kembali di atas bangku. “Ray, kamu membingungkan.”
Kena.

Kudekati dia. Susan memegangi keningnya dengan tangannya. Wajahnya tampak berkerut kebingungan. Kusilangkan kedua lenganku di atas meja, menaruh kepalaku di atas lenganku, menatap keragu-raguan yang tersirat di wajah gadis itu.
“Kamu tidak percaya padaku?”
“Bukan itu maksudku, Ray. Tapi..”
“Karena terlalu banyak wanita yang mengelilingiku?”

Kuangkat kepalaku dan mengecup keningnya. Membuatnya terhenyak sesaat. Aku tertawa memandangnya.
“Aku hanya bergurau. Lupakan saja.”
Alis mata gadis itu berkerut. “Dasar kamu. Menyusahkan saja.”

Hahaha.. it’s part of the plan. Susan bangkit berdiri dan melangkah ke pintu. Aku menyusulnya dari belakang sambil tertawa-tawa.
“San.”
Susan menoleh, membalikkan tubuhnya dan merasakan dadaku yang bersentuhan dengan dadanya. Hangat. Empuk. Menggairahkan.
“Apa?” tanyanya setelah melangkah sedikit mundur, wajahnya terlihat kemerahan, mungkin karena sikapku yang sama sekali tidak canggung bersentuhan dengannya.
“Aku serius saat aku bilang ingin mencium bibir kamu.”
“Duh, lihat deh. Kamu semakin membingungkan.”
Memang, sengaja. Gadis itu paling lemah kalau sedang bingung.
Mencuri. Itulah yang kulakukan saat kukecup bibirnya. Susan membelalakkan matanya, seolah tersengat oleh aliran listrik.

“Aku serius.”
“Kamu..kamu kurang ajar.”
“Nih, tampar.” kusodorkan pipiku ke hadapannya. Dan demi Tuhan, gadis itu menamparku. Lumayan.
“Awas kalau kamu ulangi lagi.” desis gadis itu. Marah.
Kukembangkan senyumku, yang aku tahu pasti membuatnya semakin marah padaku. Dan memang itu tujuanku.
“Kalau hanya ditampar seperti tadi. Boleh dong keterusan.”
“Jangan pernah mencoba.”
Kalau begitu, kenapa tidak lari? Toh pintu belum terkunci? Mengapa hanya menatapku dengan gusar sambil menggigiti bibirmu yang menggoda itu?
Jadi, ya kutundukkan kepalaku dan mencuri satu kecupan sekali lagi dan tepat seperti dugaanku, gadis itu tidak menolehkan kepalanya menghindari kecupanku. Hanya memandang tidak percaya, dan mengayunkan lengannya sekali lagi.

“Bagaimana kalau dibelai saja? Dan ucapkan bahwa kamu mengijinkanku mencium bibirmu.” ucapku setelah menahan lengannya dan menempelkannya di pipiku.
Susan terdiam, kembali menggigiti bibir bawahnya. Kutarik lengannya dan meletakkannya di pundakku, kutundukkan kepalaku dan mengecup bibirnya, kali ini lebih lama. Dan kulihat matanya terpejam, tubuhnya bergetar. Kecupan pertama? Pasti. Sesuai info. Kurasakan nafasnya yang terengah saat kukulum bibir gadis yang kini sudah kupeluk itu.
Kulepaskan sejenak bibirku, “Aku suka kamu.”
Gadis itu kembali memejamkan matanya saat bibirku menempel kembali. Belajar mencuri nafas saat berciuman memang susah untuk pertama kalinya. Dan aku tidak ingin menyulitkannya, jadi aku meletakkan kepalaku dalam posisi miring, memastikan ia tetap bisa menghirup udara dengan sesekali membuka mulutku.

Gadis itu menikmatinya. Aku tahu itu. Gadis yang menikmati berciuman adalah gadis yang memejamkan matanya saat melakukan ciuman itu. Itu sudah pasti. Sementara aku justru membuka mataku lebar-lebar, menikmati dengan caraku sendiri. Professional, don’t ever mess bussiness with pleasure. Seperti James Bond, dengan gadis-gadisnya. Susan meronta saat jemariku meraih baju belakangnya
dan menariknya keluar.
“Ray, apa-apaan sih.” desahnya sambil terengah di sela bibirku yang menempel di bibirnya.
“Let me touch you.” desahku balik, menggerakkan tanganku menyusup ke balik bajunya, merasakan kulit punggungnya yang halus, menelusuri garis simetris punggungnya, meraba tali bra-nya, dan menggerakkan jemariku berusaha melepaskan kaitannya.
Susan meronta dalam pelukanku. Rupanya dia sedikit tersadar dari buaian perasaannya.

“Sudah, Ray.” ia menggerakkan lengannya mengeluarkan lenganku dari bajunya, di saat jemariku masih berusaha melepaskan kaitan bra-nya.
Aku tersenyum menatapnya. Mendudukkan diriku di atas meja, memandangi gadis itu yang sibuk membenahi bajunya.
“Lihat nih, kacau semua, gara-gara kamu.”
Lalu?
“Sini aku bantu masukin.” ucapku sambil lalu.
Seperti biasa, ucapan sambil lalu akan mendapat respons sambil lalu pula. Lagipula setelah aku berhasil mencium bibirnya, itu sudah memberikan kepercayaan tersendiri baginya. Susan menghampiriku dan membalikkan tubuhnya. Kuraih ujung bajunya dan mengeluarkan sisa tepian baju yang belum keluar.
“Ray!” Susan membalikkan tubuhnya menatapku dengan gusar.
Hehe. Kena lagi.
Kuturunkan tubuhku dari atas meja, meraih kedua lengannya dan mendekatkannya ke arahku, menempelkan bibirku di bibirnya sebelum ia menyadari apa yang terjadi. Dan kali ini, tentu saja, tidak akan ada lagi rontaan yang berarti. Kali ini kugunakan lidahku menelusuri bibirnya, menggoda lidahnya untuk merespons gerakan lidahku. Matanya terpejam dan nafasnya terengah. Kulingkarkan lenganku ke punggungnya dan menekan tubuhnya ke tubuhku.

“Ray.” Susan mendesah, sebuah desahan kepasrahan.
Kususupkan lenganku ke balik bajunya, dan kali ini aku berhasil melepaskan kaitan bra-nya. Mata gadis itu masih terpejam. Nafasnya masih terengah. Kuraba dan kupijat tepian tubuhnya, pinggangnya. Tubuh gadis itu menggeliat ketika telapak tanganku menyentuh puting buah dadanya dari balik bajunya. Kutekan bibirku ke bibirnya, berusaha tetap membuainya dalam kenikmatan kecupanku.
“Sini, ikut aku.” ucapku sambil menggapit lengannya.
Susan tidak menolak. Lagipula bagaimana mungkin ia menolak? Setelah sedemikian kenikmatan yang kuberikan kepadanya? Kuajak ia ke sudut kelas, mengangkat tubuhnya dan setengah mendudukannya di pinggiran meja, menciumi bibirnya, dagunya, lehernya, sementara tanganku bekerja melepas kancing-kancing bajunya.

“Ray. Sudah, Ray. Nanti ada yang lihat.” Gadis itu terengah.
Mana mungkin, pikirku membohongi diriku sendiri.
“Trust me.” Satu lagi kata-kata ajaibku yang hanya dan harus keluar pada saat yang tepat, dan yang tidak pernah gagal.
Kuteruskan membuka kancing bajunya. Kucium lehernya. Dan benar juga sesuai dugaanku. Dadanya putih dan mulus, dengan bentuk yang sungguh indah. Dugaan yang sering kami bahas (aku dan teman-temanku) saat kami asik mengintip dari balik celah baju gadis itu. Dan ini kenyataan, bukan sekedar dugaan. Kutelusuri dadanya dengan bibirku, Susan memandangi gerakan kepalaku, kutatap matanya yang penuh rasa ingin tahu.
“Ah.” Susan mendesah saat bibirku menyentuh puting buah dadanya dan menghisapnya.

Susan mengangkat kepalanya dan terengah-engah, jemarinya mencengkeram rambutku. Apakah ia kegelian? Itu satu pertanyaan yang belum pernah kuperoleh jawabannya sampai sekarang. Tentu saja, aku kan bukan wanita.
“Susan,” desahku, “Petting yuk.”
Waktu itu, sekitar 1996-1997, istilah petting sedang menjadi trend di kalangan anak muda. Dan aku juga mengetahuinya. Sangat mengetahuinya.
“Apa, Ray?”
“Ini.”
Kutarik lengannya, dan meletakkannya di kemaluanku. Susan menarik lengannya.
“Sudah, Ray. Cukup.”
Shit. Jangan sekarang.
“Susan.” Gadis itu memalingkan wajahnya dan terlihat marah.
“San,” lanjutku sedikit mendesah, “Lihat aku.”

Susan menggerakkan kepalanya dan menatapku. Itu salahnya. Kudekatkan wajahku, “I touch you, and please touch me.”
Kucium bibirnya dengan lembut, berusaha memberikan ketenangan itu untuknya. Susan membuka matanya.
“Tidak, Ray.”
“Please.”
Kutarik tangannya, menekannya ke bawah, ke arah kemaluanku. Susan berusaha melepaskan tangannya.
“Please.” desahku di bibirnya. Susan memejamkan matanya, tangannya melemas. Kuletakkan tangannya di atas kemaluanku.
“Dipijat,” desahku. Dan kurasakan gerakan jemarinya yang menekan setelah beberapa saat lamanya terdiam di atas kemaluanku yang mengeras di balik celana seragamku. Susan tertawa kecil.
“Keras,” desisnya.

Nah. Itu dia! Gadis manapun akan tertarik begitu sudah menyentuh benda ‘itu’, apalagi jika dalam kondisi ‘on’. Apalagi bila si gadis belum tahu apa-apa. Dan sekarang, Susan sudah melupakan penolakannya, yang pasti berganti dengan rasa ingin tahu.
“Kalau lunak, aku impoten dong.” candaku sambil lalu.
Susan tertawa lagi di bibirku. Kali ini gerakan jemarinya semakin pasti. Kurasakan rangsangan itu semakin mempengaruhiku.
“Tunggu,” ujarku beberapa saat kemudian.
Kuangkat tangannya. Susan menatap ingin tahu. Kususupkan ujung jemarinya ke dalam celanaku, “Dari dalam saja, lebih enak.”
Susan menggigit bibir bawahnya dan menekan jemarinya.
“Ngga bisa.”
Tentu saja tidak, dengan celana masih terpasang. Jadi dengan sedikit tersenyum geli kuraih kaitan celanaku dan membukanya. Kutekan tangan gadis itu sampai menyentuh kejantananku. Susan memandang dengan penuh perhatian. Itu suatu point yang penting. Gadis itu tidak akan merasa dirugikan apabila perhatiannya ditarik dengan suatu hal yang sama sekali baru baginya. Contohnya dengan menunjukkan padanya bagaimana kejantanan seorang lelaki dewasa yang sedang ‘on’. Ia tidak akan pernah menyadari bahwa kita para lelaki sangat-sangat menikmatinya. Jadi kesannya kita di bawah padahal kita jauh di atas.

Hehe.
Susan menyentuh batang kejantananku yang mengeras dengan sedikit malu, menggerakkan jemarinya, membuatku merasa sedikit geli.
“Bukan begitu caranya.”
“Lalu?”
Kutarik retsleting celanaku, dan menarik celanaku ke paha. Kuturunkan bajuku ke bawah, dan kubuka celana dalamku.
“Jangan dilihat.”
Susan tertawa dan menunggu. Kuraih tangannya dan meletakkannya di batang kejantananku.
Susan masih tertawa, “Apa ini?”
Akupun ikut tertawa, tapi lebih condong mengerang nikmat saat tangannya menggenggam batang kejantananku dan menekan-nekan, terkadang menarik dan menelusuri bentuknya.

Kudekatkan kepalaku dan berbisik di telinganya, “Ini adikku.”
Susan memiringkan kepalanya, merasa geli di kupingnya.
Kuraih dagunya dan mengecup bibirnya, “Jangan dilihat.”
Susan tertawa kecil di bibirku. Jemarinya bergerak, memijat, dan terkadang menarik dengan ragu.
“Susan..” desahku dalam kenikmatanku. Kuangkat tubuhnya mendudukkannya di atas meja. Kuraih tepian rok seragamnya dan mengangkatnya melewati pahanya, sehingga pahanya membuka, dan kutahan pahanya dengan sisisisi pinggulku.
“Ray.”
“Ssshh..” Kulumat bibirnya, dan kutempelkan lagi telapak tangannya yang sempat terangkat ke batang kejantananku.
Susan menggeliat saat kumajukan pinggulku, sehingga ujung kejantananku menusuk celana dalamnya. Kulumat bibirnya semakin agresif. Kumaju mundurkan pinggulku, menusuk vaginanya melalui celana dalamnya, membuat Susan mendesah, terpejam, dan terengah.

“Susan..” ucapku di bibirnya, “dibuka, ya?”
Susan melenguh dan alisnya berkerut.
Yang penting ia tidak menolak ketika kumiringkan tubuhku dan kutarik celana dalamnya melewati kakinya. Kutarik rok gadis itu ke atas melewati pahanya dan kerenggangkan kakinya, melingkarkannya di pinggangku. Susan mendesah saat batang kejantananku menempel di kemaluannya. Kugerak-gerakkan pinggulku menggesek dan menekan permukaan vaginanya yang terasa basah, membuat Susan mengerang dan terengah.

Tidak terlalu lama kemudian, pengaruh suasana mungkin menyebabkan aku sedikit hilang kontrol, otot-otot pinggulku menegang, kulepaskan tekananku dari permukaan vagina gadis di depanku. Kututup ujung kejantananku dengan telapak tanganku dan membiarkan spermaku membasahinya. Susan memandangku sambil terengah.

Jangan dilihat,” ucapku setengah mengerang.
Kututupi kejantananku dengan telapak tanganku dan mengenakan kembali celana dalamku. Susan mengamati segala tindakanku dengan penuh perhatian, sampai aku mengenakan celana seragamku kembali, dan menyodorkan celana dalamnya. “Ini.”
Susan tertawa kecil dan meraih celana dalam di genggamanku.
“Jangan lihat.”
“Hehehe..”
Kubalik tubuhku sambil tersenyum dan mengambil tasku yang tadi kuletakkan di kursi depan.

“Ayo, San.” kataku sambil menatap halaman sekolah yang terlihat lenggang. Mendadak sebuah lengan memeluk pinggangku dari belakang.
“Ray,” bisik Susan di punggungku, “barusan kita ngapain, ya?”
Kuputar tubuhku, mengecup bibir gadis itu perlahan.
“Pet-ting,” ucapku lirih sambil tersenyum.
Melepaskan pelukan si gadis dan berlari kecil menelusuri lorong kelas. Susan mengejarku dari belakang sambil tersipu-sipu.

“Gila, Ray.”
“Iya, Ray. Lo dahsyat banget kemarin.”
Hehehe.
Kutatap wajah-wajah temanku yang penuh kekaguman.
“Masa sih? Jadi berapa rekorku?”
Very mengangkat kepalanya dan menatap langit-langit kelas, “Hmm..sekitar satu jam sepuluh menit.”
Aku berdecak kecewa.
“Kenapa, Ray? Sepertinya ada yang salah?” Hari bertanya.
Sesungguhnya..
“Pelang bisa lima puluh tujuh menit..”
Aku masih kalah dengan guruku, Pelang. Kakak kelasku, dua tahun di atasku, yang mengajariku bagaimana teknik mendapatkan gadis. Yang terpaksa menyerah saat aku memenangkan hati Enni dua tahun yang lalu. Yang pasti, ia akan tertawa apabila rekorku hanya satu jam sepuluh menit.

“Haahh..” kuhela nafasku.
Teman-temanku tertawa, lagipula sesuai jawabanku atas tantangan mereka, tontonan segar sudah kusuguhkan kemarin. Dan Yono, si penjaga sekolah, yang tadi pagi menepuk punggungku penuh arti sesaat setelah aku melangkah melewati gerbang sekolah, sudah pasti ikut bergembira.
“Kapan aku dapat rokok gratis lagi?”
Jika ada tantangan yang lebih bermutu, tentunya.
Seseorang menepuk pundakku. Kupalingkan wajahku, dan, “Ray, uang kantinnya mana?”
Aku mengambil langkah seribu, meninggalkan Vina yang berteriak dan mengomel panjang lebar.

Aku. Ray. Legenda hidup dari SMA-ku. Susan? Aku tidak perlu bertanggung jawab, bukan. Lagipula aku sudah mengatakan bahwa aku hanya bergurau ketika aku ‘menembaknya’. Yap. Susan sangat-sangat marah ketika mengetahui bahwa aku ternyata tidak mengakuinya sebagai pacar. Tapi marahnya tidak lama, karena aku tahu ia juga menikmatinya. Terbukti setelah dua minggu sejak kejadian itu, kami ‘melakukannya’ lagi.

Tamat

KISAH SMP

Kejadiannya ini sudah agak lama, kira-kira 3 tahun yang lalu, ketika saya duduk di bangku SMP.
Pada suatu hari, saya bersama teman-teman saya banyak sedang mengadakan kegiatan pramuka di sekolah. Kejadiannya sangatlah lama, dan di ruangan terbuka yang dapat dikatakan udara cukup panas. Saat itu, tepat pukul 13:00. Pada waktu itu, kami melakukan beberapa kegiatan rutin yang biasa kami jalani setiap harinya.
Pada pukul 15:00, acara Pramuka dibubarkan. Kamipun segera bergegas meninggalkan tempat tersebut. Aku setelah dari tempat itu, berniat pergi ke sebuah Multiplayer. Saat saya setiba di Sekolah, saya melihat seorang anak yang sedang mengintip ke dalam sebuah ruangan di dalam sekolah. Karena saya sedikit ada rasa curiga, maka saya memutuskan untuk mendekatinya. Ketika saya mendekatinya, perasaan saya merasa sedikit tidak enak. Karena itu, saya tidak jadi mendekatinya.
Tak lama kemudian, datanglah teman saya bernama Jetprak, anak yang selalu bermain bersama saya dan “sedikit rusak”. Saat itu, ia mengatakan, bahwa ada orang yang menitipkan barangnya di Lapangan Olahraga di Lantai 5. Karena ada rasa sedikit curiga, maka saya pergi ke sana untuk memastikan ada apa di sana.
Setelah saya tiba di sana, saya melihat ada sebuah kantongan di dekat sebuah panggung pergelaran. Sebelum saya beranjak untuk melihatn6ya, saya pastikan dulu, bahwa tidak ada jebakan. Setelah saya cek, ternyata tidak ada sama sekali jebakan. Lalu, sayapun segera melihat apa isi dari Barang tersebut.
Setelah saya pegang benda tersebut, saya buka kantongnya satu persatu. Ternyata, pembungkus benda tersebut sangatlah banyak, sehingga saya pusing untuk membukanya satu persatu. Sampai pada akhirnya, Kantonga itu habis terbuka pada bungkusan yang kelima puluh. Setelah saya lihat, ternyata isinya adalah berbagai macam foto-foto yang dapat dikatakan “rusak” dan berbagai macam alat KB dan Seks. Tetapi saya sempat bertanya keheranan “siapa dan untuk apa ini?”. Karena merasa tidak sopan, maka kukembalikan lagi kepada tempatnya. Setelah sekian lama, saya hanya menunggu sang waktu berlalu. Kebetulan pada saat itu tidak ada orang, maka saya bisa bersantai sejenak di sana.
Setelah sekian lama, saya ingat, bahwa saya akan bertanding lomba Catur antar 1 Sekolah. Saat itu, saya telah mencapai Final, dan lawan saya yang berikutnya, adalah Fahris (Sekarang ia anggota Dark Falcon). Karena tidak ada orang, maka saya berlatih sendiri di tempat itu.
Sesudah saya berlatih selama 1 jam, saya merasa kelelahan. Maka, saya putuskan untuk beristirahat dengan melakukan Break Dance. Beberapa waktu yang lalu, saya diajarkan oleh salah seorang teman saya untuk berlatih Break Dance, seperti Salto, Rolling, Hip Hop, dan lain sebagainya. Akan tetapi, saya tertarik akan salah satu gerakan yang sangat sukar, yaitu Tornado Roll (Rolling di Udara).
Karena saat itu tidak ada orang, saya iseng untuk mencobanya dengan naik di atas tiang penyangga. Saat itu, saya menaikinya dengan memanjatnya. Saat saya akan melakukannya, tiba-tiba ada 2 orang yang masuk ke ruangan itu. Tidak disangka, itu adalah Fahris, lawan Finalku nanti, dan yang satu lagi, adalah anak yang terdapat di Foto-foto yang kulihat tadi, karena namanya cukup panjang, sebut saja NT.
Karena tempat itu cukup luas, saya mencoba untuk mendengarkan suara mereka dengan mendengarkan gemanya. Kulihat Fahris mulai membuka kantongan tersebut, dan:
“Lihat, sekarang kamu percaya kan? Aku ini tidak pernah berbohong, jangan macam-macam kamu!” kata Fahris.
“Ih.. kamu kok jahat! Awas, nanti aku adukan ke guru lho!” sambung NT.
“Mangkanya, lebih baik kamu harus tunduk kepadaku, atau..” pembicaraan terpotong.
“Atau apa hah?” teriak NT agak keras.
“Atau aku Renggut Keperawananmu!” Teriakan Fahris menggelegar.
“Jangan macam-macam kamu, cepat serahkan!” NT meneruskan.
Belum sempat NT bergerak, Fahris sudah menerjang NT dan langsung menelanjangi NT dengan kasarnya.
“Ah.. Jangan Far.. Jangan!!” Teriakan NT keras sambil menangis tersedu-sedu.
“Segera kuambil keperawananmu!!” Lanjut Fahris.
Fahrispun memulai aksinya dengan sangat gesit, ia melakukan ML pemanasan dengan rasa sangat Hot. Tetapi, aku berusaha untuk tetap berada di langit-langit meskipun aku hanya bertumpu dengan Tiang datar dengan lebar 30 cm.
Setelah ia melakukan pemanasan, iapun akhirnya siap untuk memulai aksi tergilanya.
“Ah.. jangan far.. jangan ambil keperawananku.. tolonglah..” pelas NT.
Tetapi, Fahris tidak mempedulikan perkataannya, dan akhirnya, iapun melakukan seks dengan NT.
“Earrgghh..” Teriak NT begitu batang kemaluan Fahris memasuki liang senggama nya.
Setelah itu, Fahripun mulai melakukan penggesekan terus menerus sampai ia berhenti setelah menit kesepuluh.
“Bagaimana, enak kan, mangkanya, jangan coba-coba!” kata Fahris puas.
Setelah itu, Fahrispun mulai kembali melancarkan aksinya untuk kembali melakukan persetubuhan.
Selama mereka melakukan persetubuhan, NT terus mengerang-erang kesakitan
“Eng.. eugh.. ough.. aekh.. eakh.. eikh.. oekh..” Desahan NT turut membuatku terangsang. Tetapi, karena pada saat itu, aku belum pernah bermasturbasi, maka aku diam saja dan terus menyaksikan.
Setelah sekian lama, akhirnya mereka berhenti dan tertidur lemas. Sepertinya, mereka telah Orgasme bersama, dan kulihat NT berdarah. Mungkin ia telah kehilangan keperawanannya. Karena kesempatan tidak ada orang, maka sayapun segera mengambil kamera, dan menfoto beberapa foto yang membuktikan Fahris bersalah. Setelah itu, sayapun berniat kabur melalui Jendela Ventilasi di dekatku.
Ketika hendak keluar, aku mendengar ada suara gebrakan. Setelah kulihat ada sumber suara tersebut, tenyata itu adalah Gloria yang masuk lewat Pintu dan terjatuh dan kakinya mengenai Lantai dan sepertinya ia Lumpuh sementara (Paralyze). Seketika itu pula, bangunlah Fahris dalam keadaan segar bugar seperti tidak sehabis bercinta. Iapun mendekati Gloria.
“Hai, cewek, kamu sudah melihat perbuatan kami ya?” kata Fahris.
“Lihat apa? Aku baru saja masuk ke ruangan ini.” jelas Gloria.
“Jangan bercanda, lagipula kamu kan juga mengintip aku saat bercinta dengan SOS tadi kan di kelas” lanjut Fahris.
“Kamu jangan macam-macam. Aku tak tahu!” sangkal Gloria.
“Sudah, lebih baik kamu bercinta juga saja denganku!” Perintah Fahris.
“Jangan.. jangan sentuh aku.. jangan..” Teriak Gloria.
Karena aku tidak tega melihat Gloria yang begitu Cantik dan Seksi yang masih perawan, akupun berbuat nekat. Entah apa yang merasuki pikiranku, aku langsung saja melompat menuju ke Fahris dan melakukan Tornado Roll. Dan akhirnya, berhasil, sayapun berhasil menghajarnya dan membuatnya pingsan. Akan tetapi, akupun langsung lumpuh total seketika. Tetapi, saya belum menyerah. Sayapun memberikan Kamera yang saya gunakan untuk menfoto Fahris dan NT tadi. Dan akhirnya, akupun pingsan.
Keesokan harinya, aku terbangun di atas tempat tidur. Aku melihat sekelilingku, dan ternyata, aku berada di rumah sakit. Akupun segera berbaring kembali, tetapi tidak tidur. Karena keluargaku jauh dariku, maka tidak ada sama sekali yang datang menjengukku. Saya sangat merasa sedih saat itu. Tidak lama kemudian, Gloria datang dan menghampiriku. Ia berjalan seperti orang normal. Aku pikir Paralyzenya sudah sembuh.
“Ali, apakah lukamu masih sakit?” tanyanya.
“Tidak juga sih, tapi sudah mendingan.” sahutku.
“Eh, terima kasih ya, kamu sudah menolongku pada saat itu.” ucapnya
“Ah, tidak apa-apa. Aku memang sudah biasa melakukannya.” jawabku seenaknya.
“Lantas mengapa NT pada saat itu tidak kamu tolong?” tanyanya.
Waduh, mati aku. Aku tidak mungkin mengatakan bahwa aku membedakan sesama manusia (dalam arti Gloria dan NT). Lalu akupun menemukan jawaban sempurna.
“Oh, pada saat itukan Fahris masih dalam keadaan Fit, jadi aku tidak mungkin dapat menghadapinya secara fisik.”
“Kalau mental?” tanyanya lagi.
“Itu mungkin saja dapat kuatasi. Oh ya, bagaimana dengan kejuaraan catur hari ini? Aku kan tidak dapat ikut?” tanyaku.
Gloriapun mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Ternyata, ia mengeluarkan kameraku dan kertas yang menyatakan bahwa aku la
ngsung memenangkan pertandingan karena Fahris melakukan perbuatan yang tidak terhormat. Akupun merasa lega, dan akhirnya akupun bertanya lagi.
“Bagaimana pendapatmu?” tanyaku.
“Yah.. hebat.. boleh juga..” katanya.
Entah apa yang menghantui pikiranku, akupun menyatakan cinta padanya, tetapi ia menjawab
“Waduh, jangan dulu ya, aku masih belum mau pacaran, lain kali saja ya. Sementara ini, ayo kita berteman dan melakukan petualangan bersama di Sekolah.”
“Jadi, kamu juga suka menyusup ya?” tanyaku.
“Iya, sejak kecil, aku suka sekali berpetualang, jadi, kamu kan juga sama, mari kita satukan hobi kita bersama.” jelasnya.
“Sebagai Team Partners kan?” tanyaku kembali.
“Tentu, kita pasti akan menjadi Tag yang sempurna” Jelasnya.
Setelah hari itu, aku menjadi sahabat dengan Gloria, dan akhirnya, kamipun bertualang bersama-sama. Begitulah ceritanya bagaimana saya bisa berpetualang bersama Gloria hingga sampai saat ini.